Dua hari menjelang lebaran asyiknya nulis review buku nih :) Dua hari sebelumnya sampai siang tadi saya sibuk menamatkan buku terbaru Dan Brown (yang ga baru-baru banget sebenarnya). Judulnya Origin.
Sebagai penggemar berat karya-karya Dan Brown sebelumnya, walaupun belum baca semuanya, saya jatuh cinta sama 4 karyanya yang sudah saya baca sebelumnya. The Da Vinci Code, Angel and Demon, The Lost Symbol dan Inferno. 3 buku sebelumnya saya baca dalam versi digital, gratisan pulak, zaman kuliah dulu top prioritynya beli buku-buku kuliah, jadi membeli novel-novel keren tunggu ada bajakan ebooknya dulu. Jahat ? Iya, tapi daripada ga baca :') Pinjam juga sulit di Bengkulu dulu. Buku terakhir, Inferno, saya baca di Banggai, pinjam dari Kak Ama yang saking terinspirasinya sama buku Dan Brown yang satu ini sampai kasih nama anaknya Dante, penyair yang diceritakan Brown di buku ini. :)
Nah, buku Origin ini sebenarnya sudah keluar dari November 2017, saya masih di Banggai jadi dengan sabar nunggu belinya nanti aja deh pas pulang ke Pulau Jawa, tapi justru kelupaan dan ya sudahlah di Bandung kelewat sama sekali ga beli. Akhirnya bulan Mei kemarin ke toko buku, tapi sudah ada buku target yang mau dibeli, brief singkat nih, untuk mengatasi betapa rakus dan borosnya saya dalam membeli buku, saya minta diingatkan Mas H untuk hanya membeli 1 buku dalam satu bulan, eh ga tau dirinya saya malah ngambek pas Mas H ngingetin, "Bulan depan aja belinya".
Akhirnya baru bisa pegang dan baca buku ini bulan Juni, direncanakan untuk bekal libur lebaran, tapi habis duluan sebelum hari H. Maklum, kurang vitamin B selama kerja di Jakarta :D (Vitamin Buku).
Ok mari ke point utamanya.
Karya Dan Brown selalu identik dengan si tokoh utamanya, Professor Robert Langdon, professor yang mengajar tentang simbol-simbol di Universitas Harvard yang selalu terlibat dalam sebuah kasus penuh teka-teki dan membutuhkan sudut pandang serta pengetahuannya sebagai seorang symbologist. Kali inipun sama kok, Professor Langdon menjadi tokoh utamanya.
Ciri khas kedua dari karya Dan Brown adalah tokoh utama pendamping Langdon yang selalu berbeda ditiap buku tapi selalu perempuan. Ada Vittoria Vetta, seorang ilmuan di buku Angel and Demon, ada Sophie Neveu di The Da Vinci Code, ada Katerine Solomon (kalo gasalah) di The Lost Symbol, dan Sienna Brooks di Inferno. (Sebentar, saya mau jujur dulu kalau dari keempat buku tersebut, saya paling hafal plot dan karater tokoh di dua buku pertama, mungkin karena dibantu sudah pernah menonton filmnya, jadi maaf kalau agak salah deskripsi tentang buku ketiga dan keempat :)).
Di buku Origin, ada juga dong perempuan yang menemani petualangan Langdon. Namanya Ambra Vidal, dia adalah kurator di Museum Guggenheim Bilbao, gambaran perempuan cerdas, tinggi bak model dan highlight nya, Ambra adalah calon ratu Spayol, dia tunangan Don Julian, Pangeran Spanyol dalam buku Origin.
Ciri khas ketiga.
Setiap kali selesai membaca buku Brown, saya seperti habis melakukan perjalanan ke tempat-tempat dalam buku tersebut. Rasanya saya jadi tau banyak tentang Musee de Louvre setelah membaca buku The DaVinci Code, saya juga mendapat pengetahuan baru tentang gereja-gereja dan jalanan di Vatikan udah membaca Angel and Demon, nah setelah membaca Origin, saya jadi langsung ingin jalan-jalan ke Barcelona rasanya, menyaksikan karya-karya Anthony Guadi secara langsung, atau mampir ke Museum Guggenheim di Bilbao.
Membaca karya Brown juga membuat saya tiba-tiba menjadi ingin tahu tentang seniman dan penyair yang amat hebat pada masanya. Buku Origin menggaris bawahi tiga nama yang membuat kita penasaran pada karyanya. Winston Chruchill, Friedrick Nietzsche dan William Blake. Karena tiga nama ini cukup banyak disebut kutipan tulisan dan karyanya dalam buku Origin.
Ciri khas keempat.
Prof. Langdon jadi kurang berguna kalau tidak ada kode dan simbol yang harus dipecahkan dalam tiap buku, bukan ? kali ini Langdon harus menemukan kata sandi sebuah komputer yang terdiri dari 47 karakter! dengan sedikit petunjuk yang umum sekali : puisi, berhubungan dengan harapan si pemilik sandi dan isinya tentang atheisme. (!)
Nah keempat ciri khas buku brown tadi akan kita temui juga dalam buku Origin. Buku Origin ini tema besarnya adalah Teknologi, Agama dan Sains. Buku terjemahan Bahasa Indonesianya berisi 507 halaman dan dua hal ini yang dibahas dalam buku adalah, Bagaimana semuanya ini bermula ? dan Kemana kita akan pergi?.
Tokoh utama penting dalam buku ini adalah Edmond Kirsch, seorang programer komputer, ilmuan, hartawan tajir melintir dari karya-karya revolusionernya, pecinta seni dan seorang ateis. Ia tak percaya Tuhan dan menganggap Tuhan dan Agama adalah ilusi yang dicipatakan karena hingga hari ini tak ada yang bisa menjawab dua pertanyaan diatas tadi. Jadi ia sibuk melakukan penelitian untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tadi.
Kirsch, akhirnya menemukan jawaban atas dua pertanyaan tersebut dan membuat sebuah gelaran presentasi yang dramatis. Ia mengumumkan penemuannya di Museum Guggenheim Bilbao, Ambra membantu prosesnya, sementara Langdon menjadi undangan, ia hadir karena Edmond juga merupakan muridnya ketika kuliah di Harvard. Ditengah presentasi, Edmond ditembak seseorang, padahal hasil temuannya belum diumumkan keseluruh dunia.
Disinalah Langdon dan Ambra bersatu berupaya mengumumkan temuan Edmond.
--
Dari seluruh buku Dan Brown yang saya baca, ini ada di list terakhir buku yang saya sukai. Bukan karena tema Agama vs Sainsnya, karena saat membaca buku ini saya menempatkan diri sebagai pembaca netral, tidak berada disisi orang beragama juga tidak berada disisi orang yang tak percaya Tuhan. Namun tetap saja, dibandingkan buku-buku Brown lainnya, rasanya kurang brilian. Tidak membuat saya kembali ingin membaca bukunya seperti The DaVinci Code, tidak membuat saya merekomendasikan orang-orang untuk membacanya sebelum membaca karya indah lainnya, kurang banyak teka-teki dalam buku ini bisa jadi membuat membacanya menjadi sedikit lebih menjenuhkan daripada buku-buku sebelumnya.
Meskipun demikian, saya belajar banyak dari buku ini. Saya suka cara Dan Brown menggambarkan bagaimana Winston (Kecerdasan Artifisal buatan Edmond) pada akhirnya bisa jadi amat sangat berbahaya. Mengerikan sekali memandang masa depan dengan teknologi penuh dalam genggaman manusia namun manusia sendiri bisa jadi belum siap dengan invasi teknologi yang sedemikian kuat. Buku ini patut dibaca justru bukan untuk menikmati petualangan Langdon dengan kode dan simbolnya, namun untuk belajar tentang kemungkinan yang akan terjadi kedepan dan bagaimana kita menyikapinya :)
Dan tenang, walaupun 80% buku ini membahas tema dan isu Atheis, termasuk berisikan daftar buku-buku wajib baca jika kita tertarik mempelajari Atheisme, tidak serta merta membuat kita (atau at least saya) jadi tiba-tiba meragukan campur tangan Tuhan dalam penciptaan Manusia.
----
Nah, sekian Review tak beraturan dari reviewer amatir buku Dan Brown hari ini :)
Any ideas what book shoud I read next ?
Yang manis-manis kalo bisa, haha lagi butuh banyak asupan gula untuk otak yang udah keram dengan drama kehidupan (atau drama whatsapp kali ya) :D
--
Selamat berjuang bikin kupat dan opor besok hari teman-teman.
Love,
Asri
Note : Buku Origin bisa dibeli di toko buku Gramedia atau toko buku lainnya, saya beli Rp. 145.000, sepertinya di palasari, Bandung bisa lebih murah dan sama originalnya, kalau di Jakarta belum nemu tempatnya :)