Belakangan ini saya banyak menghabiskan waktu di luar desa Ampera. Tepatnya tiga bulan terakhir bertugas sebagai pengajar muda tahun terakhir di Kabupaten Banggai, waktu saya dan teman-teman memang habis di jalan dan berkegiatan di satu tempat ke tempat lain.
Jadilah saya banyak kehilangan moment bersama anak-anak. Saya sempat punya ketakutan tidak dirindukan mereka ketika pulang ke desa dan kembali mengajar di sekolah saking lamanya saya pergi.
Dan benar saja T.T, bukan tidak dirindukan sih, tapi anak-anak kagok sekali ketika melihat kembali ibu gurunya kembali pulang, mereka malu-malu, sampai istirahat siang baru mereka terbiasa dan main peluk tanpa ragu. Beberapa kembali berebut meminta saya masuk ke kelasnya.
------
Aaaah. Belum pulang sudah baper nih kids !
Tinggal sebulan lagi waktu di penempatan dan hanya beberapa kesempatan saja yang bisa kita lewati bersama-sama nanti. Semoga waktu-waktu yang sedikit itu bisa menjadi waktu yang berharga untuk kita semua ya.
Bu Asri rindu kalian !
Padahal Bu Asri masih di Luwuk dan baru beberapa hari lalu bertemu kalian. Bagaimana jadinya kalau Bu Asri pulang ke Cimahi ?
Saya sering sekali membawa gitar ke sekolah walaupun tidak ada pelajaran seni musik hari itu, ini semacam kebiasaan sejak saya mengajar di PRIMA dulu, tapi kalau di Prima, karena rumah saya jauh saya biasanya hanya membawa gitar di hari Jum'at. Now that I can walk in 3 minutes from home to school, ditambah anak-anak yang selalu siap sedia membantu membawakan apapun barang bawaan Bu Asri, saya hampir setiap hari membawa gitar ke sekolah.
Satu hal yang perlu disimak sebelum melanjutkan membaca Tuan dan Nona : Saya ga jago main gitar, saya hanya bisa memainkan kunci dasar, bahkan sampai hari ini saya masih bingung ngegenjreng kunci B. Tapi saya suka sekali mengiringi anak-anak bernyanyi dengan gitar di tangan saya dan Tuan dan Nona menjadikan bermain gitar sebagai skill penunjang sebagai guru di sekolah, bisa kunci dasar pun sudah super wow loh. Ini yang akan saya ceritakan.
Anak-anak di Ampera suka sekali menyanyi, sukaaaa sekali, plus mereka juga suka bergoyang, jadi tiap kali saya mengajarkan sebuah lagu baru, baik lagu daerah, lagu nasional, lagu anak-anak atau bahkan lagu gubahan untuk menghapalkan materi pelajaran, mereka cepat sekali menghapalkan lagu tersebut.
Jadilah saya sering memasukkan gitar sebagai media pembelajaran di beragam mata pelajaran. Di Kelas 5 kami pernah membuat lagu untuk menghapalkan materi sistem pernapasan pada manusia, begitu genjreng anak-anak pasti langsung bernyanyi. Bahkan setelah seminggu kemudian saya sudah lupa bagaimana liriknya, anak-anak masih hapal.
Di kelas 3 saya pernah menjadikan gitar untuk media pembelajaran di pelajaran Bahasa Indonesia, kami membuat mini drama, dimana anak-anak harus berperan mengikuti lirik sebuah lagu dan mengikuti arahan musik dari saya dan teman-teman mereka lainnya yang menyanyi. Anak-anak kelas 3 bilang ini namanya "Bermain", jadi kalau saya sedang free dari mengajar kelas lain, mereka sering memanggil saya untuk bilang, "Buk, Intah Bermain dengan torang". Mereka tidak merasa kalau sebenarnya mereka sedang belajar bahasa. It's okay, semakin merasa bermain, semakin bagus.
Pernah pula saya mengajak anak-anak untuk melakukan Sing Battle, membagi dua kelompok, tiapkelompok harus membalas dengan lagu daerah yang berbeda. Serukah ? Seru sekali !! tak diminta menari pun mereka menari sendiri, tak diminta membuat gerakan macam-macampun, mereka bergoyang dengan asyiknya. Nah, si gitar ini berperan untuk membuat mereka menjadi lebih lepas ketika bernyanyi, mereka merasa senang juga karena diiringi ketika bernyanyi. Saya seperti saya yang selalu senang ketika Bayu mengiringi saya menyanyi dengan gitarnya.
Sebegitu serunya kah membawa gitar ke dalam kelas ?
IYAAAAAA !!!!
Kalau kamu berencana menjadi guru, bisa bermain alat musik, tak harus gitar sih, adalah nilai plus ! Anak-anak kelas rendah suka sekali mendengarkan instrumen musik dan bisa main gitar dengan hanya menguasai kunci-kunci dasarpun sudah lebih dari cukup untuk merebut hati dan perhatian mereka. Ada banyak penelitian tentang bagaimana musik mempengaruhi siswa dalam belajar, kamu cukup mencari "How music empowering stundents" dan akan ada banyak yang bisa kamu pelajari bagaimana anak-anak belajar lebih mudah dengan menggunakan musik.
Nanti saya akan upload video kami sedang belajar dengan menggunakan gitar yaa, saya sendiri masih punya PR harus bisa nge-tune gitar, karena sampai sekarang belum bisa dan selalu minta tolong orang lain :D, untung di sekolah ada pak Abi, di Prima dulu saya selalu minta tolong Pak Donny. Hehe.
Video Anak-anak menyanyikan lagu 'Berjabat Tangan'
Enam bulan lalu, ketika tahu akan ditempatkan di desa tanpa sinyal dan listrik, saya sibuk bertanya-tanya dalam hati. Kira-kira hiburan apa yang akan kudapatkan di desa, apa yang harus kulakukan agar aku sekalu merasa senang di desa.
Jawaban itu kutemukan setelah tinggal langsung bersama mereka.
"Anak-anak"
Anak-anakku, adalah anak-anak yang selalu sibuk ingin bermain denganku setiap waktu (hal yang sulit kuberikan karena sering bolak-balik ke kabupaten dan kecamatan mengurus forum keberlanjutan Kabupaten Banggai). Tiap aku datang ke Sekolah, anak-anak sibuk menyerbu memintaku masuk mengajar di kelas mereka. Aku sering kali masuk ketika memang tak ada guru di kelas mereka, ada kalanya ketika belum ada satu gurupun hadir, aku minta mereka berkumpul di satu kelas hanya untuk senam, menari atau mendongeng.
Mereka tak pernah komplain, tak pernah sibuk bertanya walaupun waktuku bersama mereka semakin lama semakin berkurang.
Sekali waktu, datang kabar duka dari Cimahi, eyangku meninggal dunia. Fatima, salah seorang muridku menuliskan sebuah surat ketika aku datang ke sekolah keesokan harinya. Ketika kubaca surat tersebut, aku tersentuh sekali, di desa ini baru aku merasakan bagimana menjadi seorang gur yang gerak gerik sikap dan perkataanku begitu diperhatikan.
Kiddooss, terimakasih telah menemani hari-hari ibu enam bulan kebelakang, mari bermain lebih sering, belajar lebih banyak di enam bulan kedepan :)
FUNVENTUREEEE !
Tahukah kamu apa perbedaan paling mendasar ketika mengajar dan tinggal di desa dengan mengajar dan tinggal di kota ?
Ketika mengajar di Cimahi lalu, kota kecil yang sebenarnya ga kota-kota amat hehe, saya selalu meluangkan satu hari dalam beberapa waktu mengajar anak-anak belajar di luar sekolah. Dulu saya punya series Funventure, biasanya saya mengajak anak-anak keluar ke sawah atau jalan-jalan di perumahan sekitar sekolah. Antusiasme anak-anak setiap keluar huaahhh besar sekali. Biasanya saya kabarkan sehari sebelum funventure, daaan, keesokan harinya anak-anak membawa bekal yang cukup banyak.
Nah, sekarang, ketika saya tinggal dan mengajar di desa, desa yang letaknya di atas bukit, diapit banyak gunung, dengan letak geografis yang cukup jauh dari desa lainnya dan pusat kecamatan, desa dimana sinyal telefon tidak mudah ditemukan, apalagi sinyal internet!, desa dimana listrik hanya menyala selepas magrib hingga jam sepuluh malam. Hiburan bagi warga desa terutama anak-anak tentunya adalah petualangan mereka di desa. Petualangan mereka di kuala mantul dan petualangan mereka di hutan-hutan yang tak jauh dari tempat keluarga mereka berladang.
Beberapa waktu lalu, saya mengajar anak-anak mengunjungi Air terjun Paka, well, lebih tepatnya saya mengajak, tapi anak-anak yang menunjukkan jalan. Beberapa anak baru pertama kali juga datang ke air terjun ini. Jadi saya ditemani oleh Bu Un, teman guru di desa dan beberapa remaja SMP yang membuka jalan, karena treknya sulit sekali dilewati.
Perjalannya tentu seru sekali. Amat sangat berbeda dengan funventure yang pernah saya lakukan sebelumnya. Saya melihat anak-anak berusaha membunuh ular yang melintas di sungai, saya melewati jalanan hutan yang kalau saya masih mengajar di tempat mengajar dulu, saya tidak akan berani mengajak anak-anak saya kesana.
Namun skill survival anak-anak saya di desa juga luar biasa, saya merasa aman sepanjang perjalanan. Hampir seluruh anak mampu melindungi dirinya sendiri, saya juga memang hanya mengajak anak-anak laki-laki kelas 4 keatas, masih belum merasa aman mengajar yang kecil-kecil.
Sampai disana, anak-anak langsung berenang mandi di air terjun. Saya ? cuma foto-foto kelakuan ajaib mereka sambil makan cocolatos di bebatuan. (Saya harus bisa berenang di banggaiiiii !!!!).
Hari itu ajaib sekali deh. Funventure paling menantang yang pernah saya lakukan bersama anak-anak,
15 Januari 2016 mungkin akan
menjadi hari yang tak pernah saya lupakan dalam hidup saya. Hari Minggu,
selepas membantu dekorasi PAUD yang akan dibuka besok di Desa, saya mengurung
diri di kamar mempersiapkan diri untuk mengajar besok. Selepas isya, anak-anak
datang memanggil saya.
“Bu Asri, ada banyak bintang!”
seru salah satu dari mereka.
Saya segera menyimpan seluruh
pekerjaan saya. Saya tinggalkan semuanya dan mengambil ponsel untuk memindai
bintang lewat aplikasi sky maps dan star tracker. Benar sekali, langit hari ini
sangat indah, ada banyak sekali bintang di langit. Saya sekarang mulai bisa
menemukan rasi bintang orion tanpa bantuan aplikasi, saya langsung menemukan
sabuk orion yang ditandai dengan tiga bintang yang berjajar rapi di langit.
Namun tahukah teman apa yang
membuat malam ini tak akan mungkin saya lupakan ?
Ketika saya dan anak-anak
mempelajari rasi bintang canis major yang ditandai dengan Sirius, bintang
palling terang di langit, tiba-tiba sebuah bintang bergerak turun secara
perlahan. Yap, BINTANG JATUH !! dan saya menyaksikan dengan takjub bersama
anak-anak. Itu untuk pertama kalinya dalam hidup saya , saya melihat bintang
jatuh. Saking takjubnya, saya melupakan ritual khas ketika orang-orang
memandang bintang jatuh. Make a wish, saya terus memandang bintang itu hingga
ia menghilang dari permukaan langit.
Takjub.
Rasanya banyak sekali hal baru
yang saya temui sejak berada di Desa Ampera. Namun hal baru yang satu ini
membuat saya takjub pada kekuasaan Allah. Sungguh besar kekuasaannya dan
sungguh kita sebenarnya tak ada apa-apanya.
Melihat bintang-bintang di Ampera
juga membuat saya ingin lebih mempelajari tentang astronomi. Saya ingin
mempelajari lebih jauh tentang rasi bintang, bintang, planet dan beragam
fenomena yang terjadi di langit. Ah, saya berkesempatan melihat tiga planet
ketika berada di Ampera. Mars, Venus dan Jupiter.
Rasanya beruntung sekali di
tempatkan disini. Saya jadi belajar hal baru, beruntung juga karena anak-anak
sama semangatnya dengan saya ketika mempelajari bintang dan rasinya.
“Let the world change you and you can change the world”
Jum'at lalu, ada kisah yang cukup menarik di kelas 3. Hari Jum'at adalah hari terakhir kami belajar seperti biasa sebelum memasuki Pekan Unjuk Kemampuan ke-1 tanggal 19 - 23 September.
Pagi hari usai berdoa saya sudah bersiap akan mengajarkan anak-anak untuk mengaji dan mengingatkan anak-anak untuk mengambil buku dan memulai kegiatan silent reading mereka sambil menunggu giliran mengaji.
Ketika akan mengambil IQRA dan Qur'an di dekat rak buku. Reiqy, mengambil sebuah graphic novel dari rak buku. Ia kemudian bertanya, "Ibu, siapa sih ini teh ?" sambil menunjuk gambar seorang tokoh di sampul buku tersebut. Saya akhirnya menghabiskan 15 menit di pagi itu untuk bercerita kepada beberapa anak tentang pejuang revolusi dari Amerika Selatan, seorang tokoh yang begitu dikagumi beberapa teman-teman saya di kampus, dia adalah Che Guevara. Tidak semua anak ikut mendengarkan, karena memang sedang sibuk membaca buku masing-masing.
Buku ini sebenarnya adalah buku nyasar. :) Ini adalah buku Pa Donny yang ia simpan di kelas sebelah waktu menjadi Manajer Kelas 5 tahun lalu, entah bagaimana buku ini bisa pindah ke rak buku kelas 3. Walaupun dikemas dalam bentuk komik, isi buku ini cukup berat untuk dipahami anak-anak. Jadi saya berkisah sedikit tentang siapa Che dan apa yang ia lakukan untuk Kuba, sebuah negara kecil di Benua Amerika yang namanya jarang sekali didengar anak-anak.
Siapa Che ? Ah, kalau anda yang bertanya adalah anak-anak kelas 3 seperti mereka, saya akan dengan senang hati meluangkan waktu untuk mendongengi anda dengan kisahnya. Namun jika anda lebih besar dari mereka (hehe) anda harus mencoba mencari tau siapa dia dan bagaimana kisahnya hingga ia menjadi salah satu tokoh yang begitu berpengaruh.
Bolehkah saya mendongeng tentang Che di kelas 3 ? (Tidak ada di kurikulum sekolah loh ! dan beliau bukan pahlawan dari Indonesia) Saya sendiri tidak pernah berniat akan menceritakan kisah Che pagi itu, namun pertanyaan anak-anak sebisa mungkin saya jawab. Lagi pula sudah lama sekali sejak saya meluangkan waktu membaca bersama di silent reading time. Kelas 2 dulu, saya ikut membaca di 15 menit pertama bersama mereka. Namun karena giliran mengaji juga membutuhkan waktu yang panjang, akhirnya di kelas 3 saya belum pernah bergabung ikut membaca di waktu silent reading. Padahal penting sekali meluangkan waktu membaca bersama mereka.
*Seluruh gambar dalam posting ini diambil oleh Fathur, Kelas 3 SD Prima.
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran.
Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...