The Cat Who Saved Books (Hon O Mamoro to Suru Neko No Hanashi)
Judul Bahasa Indonesia: Kucing Penyelamat Buku karya
Penulis: Sosuke Natsukawa
Penerjemah: Lulu Wijaya
Editor: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbitan: Pertama, 2023
Jumlah halaman: 200 halaman; 20cm
ISBN: 978-602-06-7165-9
---
Disclaimer: Tulisan bersifat subjektif dari sudut pandang saya sebagai pembaca, pengalaman baca kamu dengan pengalaman baca saya bisa jadi berbeda. Reviu hanya diterbitkan untuk blog pribadi saya, boleh disebarkan dengan menyertai tautan namun tidak untuk diduplikasi dimanapun tanpa izin.
---
Saya menyelesaikan tantangan #JanuaryinJapan yang diramaikan di Instagram agar pembaca bisa membaca literasi Jepang di bulan Januari ini. Tertarik ikut karena ada beberapa tumpukan buku yang belum dibaca yang masuk kategori ini. Salah satunya buku The Cat Who Saved Books karya Sosuke Natsukawa. Saya membaca buku ini tanpa ekspektasi apapun dan tanpa membaca reviu dari siapapun sebelumnya, termasuk tidak mengintip apa kata orang di Goodreads. Bukunya tidak terlalu tebal, 200 halaman dan cukup ringan untuk dibaca, ini kategori yang bisa dibaca sekali duduk kalau kamu bisa menikmati membaca bukunya. Sayangnya tidak bagi saya.
Rating akhir saya untuk buku ini adalah 2,5 dari 5 bintang. Bukan buku yang ingin saya baca lagi atau saya rekomendasikan untuk dibaca juga oleh orang lain untuk buku dengan topik buku. Kenapa? Mari kita bahas detailnya.
Blurb
Buku ini diawali dengan kisah Rintaro Natsuki, seorang anak SMA yang baru saja ditinggal wafat kakeknya. Sebagai yatim piatu, ia hanya tinggal berdua dengan kakeknya, yang setelah wafat mewarisi sebuah toko buku bekas yang selama ini menjadi tempat kakeknya mencari nafkah. Baru selang sehari setelah sang kakek wafat, nasib Rintaro seperti sudah diketok palu, ia akan tinggal dengan bibinya dari kota. Toko buku ini akan ditutup, tapi saat ia datang ke toko buku, ia bertemu Tiger, seekor kucing yang bisa bicara dan mengajaknya untuk menyelamatkan buku-buku yang kesepian.
Petualangan mereka pun dimulai, Rintaro diajak tiger masuk ke sebuah labirin di belakang rak buku di toko buku Natsuki dan mencoba 'menyelamatkan' buku-buku yang mati, atau dicabik-cabik pemiliknya.
Empat Labirin Petualangan
Buku ini dibagi menjadi empat chapter, atau yang disebut juga empat labirin di mana di tiap labirin, Rintaro dan Tiger punya misi untuk menyelamatkan buku-buku. Misi ini beragam, di labirin pertama, Rintaro dan Tiger punya misi untuk 'menyelamatkan' buku-buku yang dipenjarakan. Buku yang dipenjarakan ini ternyata metafora dari buku-buku yang sangat banyak--50ribu lebih jumlahnya, di rumah seorang pembaca buku. Buku-buku ini ia simpan di lemari kaca dan ditutup rapat-rapat. Pegangannya digembok menjadi satu. Ia bertemu orang yang sangat mencintai buku dan suka membaca tapi memperlakukan buku selayaknya barang museum, ia bahkan tak pernah menyentuh kembali buku yang ia baca.
Di labirin lainnya, Rintaro bertemu dengan masalah-masalah lain seperti 'pencincang buku', peneliti yang ingin mencincang buku sesingkat mungkin agar bisa ditelan dengan cepat oleh pembaca, atau labirin 'Penjual Buku' dimana ia bertemu pemilik perusahaan yang menolak buku-buku yang tidak laku dan hanya ingin menjual buku-buku laris saja.
Setiap labirin ini adalah metafor pengalaman pembaca, kalau kamu pembaca, pencinta buku atau orang yang suka buku, kamu mungkin familiar dengan 'masalah-masalah' perbukuan yang dibahas di buku ini. Apa yang akhirnya membuat saya tidak terlalu menikmati membaca buku ini adalah: apakah semua yang menjadi pembahasan di labirin buku ini adalah masalah sebenarnya dunia perbukuan?
Hitam putih.. tak ada diantaranya
Belakangan saya sering sekali mengikuti diskursus literasi atau perbukuan di Twitter atau X. Dibilang mengikuti sebetulnya saya hanya baca dan mengamati saja, jarang sekali saya ikut-ikut berkomentar. Saya rasa, apa yang jadi 'masalah-masalah' di labirin Rintaro dan Tiger ini akan ramai sekali jika diperbincangkan di platform tersebut.
Sebut saja labirin ketiga dimana seorang pebisnis menolak menerbitkan buku-buku yang tidak diminati pembaca, susah dipahami, dan dalam tanda kutip kurang laku. Saya mencoba memahami jawaban Rintaro untuk 'membebaskan buku' di labirin ketiga ini dan merasa Rintaro hidup hanya di bubblenya yang sangat ideal (yang juga menjadi kritik di labirin ke empat).
Ketika membaca labirin ketiga, saya tergelitik sekali. Apakah bagi Rintaro hanya buku-buku 'sastra' berat yang berhak dicetak banyak-banyak? buku self-help (yang sejujurnya juga gak cocok-cocok banget sama saya) selalu laku ya karena berhasil menemukan pembacanya. Buku romantis bentuknya juga tak melulu buku sastra berat kan ya? (kalau yang ini saya beneran kesenggol sebagai penikmat buku romance LOL). Tapi intinya, keseimbangan perlu kan ya? penerbit buku ya perlu cari untung, supaya buku-buku bagus dan buku populer bisa sama-sama terbit, supaya penulis penulis baru bisa terus hadir, supaya orang tetap membaca dan menemukan kesenangannya dalam membaca.
Sejujurnya ketika menemukan ketidaknyamanan dalam idealisme Rintaro, saya mencoba memposisikan diri sebagai Rintaro. Apakah karena Rintaro masih SMA ya? jadi berpikirnya hitam putih begitu, tapi juga gambaran hitam putih ini tidak cocok rasanya dengan sosok Rintaro yang coba digambarkan sebagai wise grandson yang dapat wisdom dari percakapan-percakapan bersama Kakeknya. Jadi kaya gak cocok aja rasanya penggambarannya buat saya.
Bisa tetap dinikmati kah?
Saya mencoba tetap menyelesaikan baca buku sampai selesai untuk melihat apakah ada bagian dari buku ini yang bisa saya nikmati, tapi sepertinya agak sulit. Setelah selesai membaca buku ini saya sempat membaca beberapa reviu teman-teman pembaca lainnya dan melihat bagaimana point of view mereka tentang buku ini. Ternyata tetap banyak pembaca yang suka sekali buku ini, ratingnya di goodreads juga bagus dari 60.000 lebih pembaca. Jadi saran saya kalau kamu suka buku (nilai plus kalau suka kucing, walaupun saya bingung kenapa disebut kucing penyelamat buku), coba saja baca buku ini. Siapa tahu cocok buat kamu! kebetulan saja tidak cocok untuk saya.
Tapi buku selalu menemukan pembacanya bukan? :) So maybe you should give this book a try.