Blurb
Buku ini berkisah tentang Seiji, pemuda berusia 20an tahun yang merupakan seorang freeter (istilah orang Jepang untuk Freelancer yang sudah tamat pendidikan wajib tapi tidak punya pekerjaan tetap).
Seiji di awal cerita merupakan seorang pemuda yg hanya peduli pada dirinya sendiri, ia punya krisis dalam dirinya yang membuat ia berjarak dengan Ayah dan Ibunya di rumah. Hingga suatu ketika, sang kakak, Ayako datang ke rumah dan mengabarkan kalau ibunya sebenarnya terkena depresi dan gangguan kecemasan akut.
Buku ini berkisah tentang Seiji, pemuda berusia 20an tahun yang merupakan seorang freeter (istilah orang Jepang untuk Freelancer yang sudah tamat pendidikan wajib tapi tidak punya pekerjaan tetap).
Seiji di awal cerita merupakan seorang pemuda yg hanya peduli pada dirinya sendiri, ia punya krisis dalam dirinya yang membuat ia berjarak dengan Ayah dan Ibunya di rumah. Hingga suatu ketika, sang kakak, Ayako datang ke rumah dan mengabarkan kalau ibunya sebenarnya terkena depresi dan gangguan kecemasan akut.
Disepanjang buku ini, kita akan melihat perjalanan Seiji menjadi tokoh utama yang mengusahakan kesembuhan ibunya. Ia yang awalnya santai saja jadi freeter kemudian bertekad untuk bisa segera punya rumah. Karena tempat mereka tinggal saat ini merupakan salah satu penyebab depresi Ibunya.
Buku ini buatku amat menghangatkan hati. Aku selalu luluh pada sosok seorang anak yang mengusahakan yang terbaik untuk orang tuanya, terutama yg seperti Seiji, yang sebenarnya tak berbakat untuk berkata manis ke Ibunya, bentuk kasih sayangnya ia curahkan lewat usahanya.
Cari kerja itu gak mudah!
Ada banyak hal menarik dalam buku ini, termasuk bagaimana Seiji kesulitan mencari pekerjaan tetap di awal dan perjuangan seseorang dari kalangan kedua (bukan fresh graduate, bukan pula lulusan universitas ternama) dalam mencari pekerjaan. Juga beragam realita sosial terkait pekerja yang terjadi di Jepang dan saya yakin ditempat manapun di dunia: cari kerja itu bukan satu hal yang mudah.
Lewat buku ini kita akan diajak melihat perspektif: apa yang akan terjadi kalau kelewat egois, apa yang akan terjadi kalau kita tidak bisa beradaptasi dengan baik, bagaimana cara melamar pekerjaan yang baik, etika-etika tertentu ketika wawancara pekerjaan dan banyak hal-hal menarik lainnya, yang amat berguna kalau kamu baru tamat sekolah atau kuliah dan sedang cari kerjaan juga nih!
Menjelang akhir buku kita juga akan melihat bagaimana sosok perempuan akan bertarung 2x lebih berat dibanding laki-laki untuk mendapatkan pekerjaan di bidang konstruksi/teknik. Literally berat karena kerjaannya fisik dan secara mental terus menerus direndahkan orang-orang yang tidak mengetahui kekuatan kita.
Tentang Depresi
Kisah depresi Ibu Seiji, Sumiko di buku ini adalah gambaran unik tentang bagaimana masyarakat pada umumnya menanggapi depresi, terutama ketika ini terjadi pada orang terdekat mereka.
Ayah Seiji, Seiichi yang oleh Ayako disebut sebagai Pak Tua Brengsek, merupakan jenis orang yang tidak meyakini depresi sebagai penyakit dan bahkan menganggap remeh pengobatan yang sedang dijalankan oleh Ibu Seiji. Uniknya buku ini juga memberi contoh baik tentang bagaimana seharusnya kita mencoba memberikan perspektif kepada orang-orang seperti Seiichi.
Jika mereka tidak mempercayai kita untuk menjelaskan terkait penyakit kejiwaan, bawa mereka ke dokter, ikut duduk bersama ketika dokter menjelaskan bagaimana ini akan mempengaruhi hidup seseorang. Hal ini dilakukan oleh Seiji, ia membaca Seiichi dengan harapan setidaknya Seiichi mempercayai ucapan seorang dokter.
Walaupun belum tentu berhasil dilakukan pada semua orang, tapi buku ini memberikan contoh ideal yang mungkin bisa kita coba jika suatu saat orang terdekat kita tidak mendapat support justru dari support system yang paling utama.
Bapak-Bapak Kuli yang too good to be true
Sebetulnya ini bagian yang menjadi kekurangan buku ini buat saya.
Di pertengahan buku (karena tidak dibagi menjadi Bab, saya agak sulit menjelaskan di bab berapa), tapi Seiji akhirnya bekerja menjadi kuli di sebuah konstruksi sambil mencoba mencari pekerjaan tetap. Ia berteman dekat dengan bapak-bapak disana dan sering kali mendapatkan nasihat berharga dari mereka.
Apa yang menjadi kekurangannya?
Hmm, bukannya merendahkan profesi kuli, namun dialog para kuli di buku ini kesannya sudah seperti percakapan dengan psikolog saja. Rasanya percakapannya jadi tidak mengalir alami karena para kuli ini bisa sampai menjelaskan kepada Seiji tentang perbedaan sikap orang-orang terdidik dengan tidak ketika mendapatkan informasi yang baru bagi mereka, bisa menjelaskan konsep Harga Diri sampai memberikan saran praktis apa yang bisa ia lakukan kepada ayahnya.
Bukan berarti saya gak suka ini keluar dari teman-teman Seiji di kontruksi yaa huhu, tapi kesannya jadi maksa gitu, terutama karena percakapannya amat panjang-panjang.
Aku sayang sekali pada sosok bapak-bapak kuli yang bijak ini namun bagian percakapan tentang harga diri ini sampai aku tandai di buku “Seiji macam sedang ngobrol dengan psikolog saja”.
Tapi mungkin ini juga jadi poin tentang kehidupan kalau bisa jadi kita menemukan kebijaksanaan atau saran justru bukan dari orang-orang yang kita duga sama sekali.
Perkembangan Karakter Seiji
Kalau ada satu hal yang membuat buku ini amat saya rekomendasikan untuk teman-teman baca, itu adalah perkembangan karakter Seiji dari awal, si laki-laki pemarah yang suka bentak-bentak ibunya, hingga menjadi sosok yang mencoba untuk paling banyak mengalah di rumah demi kesembuhan ibunya.
Bagaimana ia berjuang mencari uang,
bagaimana ia berjuang mendapatkan pekerjaan tetap,
bagaimana ia berdamai dengan ayahnya,
bagaimana ia akhirnya bekerja sama dengan ayahnya,
bagaimana ia menjadikan kesulitan ketika mencari pekerjaan menjadi sebuah kekuatan ketika mendapatkan kesempatan untuk membuka peluang kerja bagi orang lain!
Aku suka sekali perkembangan karakternya! Dan tetap dibuat pas, karena bagaimanapun mengurus orang sakit (terutama yang sakitnya tidak terlihat seperti yang dialami Sumiko), pasti bisa membuat depresi orang yang mengurusnya juga. Seiji beberapa kali juga lepas kendali namun ia mengakuinya! gak lagi ngeles seperti kebiasaan yang ia lakukan di awal.
Rating Asri
Buat saya buku ini layak mendapatkan rating 4 dari 5 bintang! sangat saya rekomendasikan untuk dibaca teman-teman semua, terutama kalau kamu suka novel-novel yang sosok didalamnya mengalami perkembangan karakter ke arah yang lebih baik, juga kalau teman-teman sedang di fase seperti Seiji: mencari pekerjaan.
Buat saya buku ini layak mendapatkan rating 4 dari 5 bintang! sangat saya rekomendasikan untuk dibaca teman-teman semua, terutama kalau kamu suka novel-novel yang sosok didalamnya mengalami perkembangan karakter ke arah yang lebih baik, juga kalau teman-teman sedang di fase seperti Seiji: mencari pekerjaan.
Informasi Buku
Judul Original: Freeter, Ie Wo Kau
Judul Bahasa Indonesia: Freeter Membeli Rumah
Cetakan Pertama: November 2021
Jumlah Halaman: 400 hlm; 19 cm
Penerbit: Penerbit Haru
ISBN: 978-623-7351-86-3
Penerjemah: Ribeka Ota
Versi terjemahan Bahasa Indonesia bisa dibeli melalui Toko Resmi Penerbit Haru di Tokopedia (klik linknya ya)! Lumayan bisa free ongkir
0 comments
leave yout comment here :)