Isoman Day 4: Baca Buku The Lost Art of Scripture, Spring in London dan Nonton Tinder Swindler
Isoman hari ke-4 buat saya (dihitung dari hari tes PCR), tapi kalau menghitung sejak sakit, ini hari ke-7.
Hari ini saya mulai agak gabut. Karena gejala flu saya sudah hilang, tinggal batuk yang terasa menyesakkan sekali. Oiya, hasil tes PCR Mas Har dan Rana juga keluar hari ini, keduanya positif, besok harusnya hasil tes Ibu dan adik-adik saya keluar juga, yang saya rasa juga positif :').
Saya masih meminum obat anti-virus COVID-19 yang diberikan kemenkes dan meminum mulitvitamin secara rutin, tapi tidak lagi minum obat demam dan flu. Tentu juga tidak pergi keluar rumah selama isolasi ini.
Hari ini saya tamat membaca (ulang) Buku Romance yang saya baca dulu seklai waktu kuliah. Buku Ilana Tan judulnya Spring in London. Teman-teman pasti banyak yang sudah pernah baca ya? Saya lupa deh dulu baca buku siapa, tapi ini dapat boxsetnya harga miring dari Akang langganan buku bekas di Dewi Sartika, lumayan untuk menemani Isolasi.
Selain baca buku Ilana Tan, saya juga baca-baca tipis buku baru kiriman dari Penerbit Mizan: The Lost Art of Scripture karya Karen Armstrong. Karena ini bacaan non-fiksi dan cukup berat, saya agak pelan-pelan bacanya hehe. Tapi lumayan hari ini sudah sampai halaman 60, walaupun beberapa halaman perlu diulang-ulang sepertinya.
Saya juga masih doodling-doodling dari buku How to Doodle Everywhere-nya Kamo. Sekalian jurnaling hari ini, jadi gambarnya di jurnal bukan di tab.
Satu highlight lagi adalah nonton dokumenter yang agak bikin hati panas di akhir: The Tinder Swindler.
The Tinder Swindler ini dokumenter yang sedang cukup trending ya di Twitter, menceritakan pengalaman perempuan-perempuan yang tertipu oleh seorang laki-laki bernama Simon Liviev lewat aplikasi Tinder. Simon ini ngaku-ngaku anak pemilik perusahaan berlian Israel dan penampilannya memang meyakinkan sekali sebagai orang tajir melintir. Di awal kenalan sampai sebulan pertama mereka komunikasi, dia selalu treat cewek-cewek ini super mewah dan ga kaleng-kaleng deh, bajunya juga baju desainer ternama.
Nonton ini tuh bikin geram banget karena urusannya gak cuma ngerusak mental cewek-cewek yang dia tipu sih, tapi juga gimana cewek-cewek ini struggling (sampai sekarang) sama urusan keuangan mereka.
Nonton ini juga bikin saya inget video Prof. Rhenald Khasali yang bilang kalau the real rich gak akan pamer-pamer di medsos, mereka akan mendahulukan privasi dibanding pamer-pamer ini.
Tapi yang pasti, internet emang makin ngeri ya kesini kalau gak hati-hati pakainya. Urusan data kita dipakai pinjol-pinjol gak jelas lah, dapat kenalan yang tau-tau ngutang atau pinjam uang :'), apapun bisa kita temui sejak ada internet. Cuma gak hanya hal buruk sebenrnya datang, hal baiknya juga banyak banget. Saya sendiri masih lebih merasakan banyakan benefit dari pada mudhorotnya. Tapi ya tetap saja membatasi diri gak sampai berlebihan di internet, apalagi di Instagram. Karena saya mainnya disana :') Bukan di Tinder hehe.
Stay safe teman-teman, baik di dunia nyata maupun di dunia maya!
Sehat-sehat juga teman-teman semua!
0 comments
leave yout comment here :)