Internet dan Interaksi Orang Tua-Guru di Pendidikan Anak Usia Dini
Berbicara tentang pemanfaatan TIK dalam menunjang
proses mengajar sebenarnya agak sulit di bidang pendidikan yang saya tekuni.
Pendidikan Anak Usia Dini, mengapa sulit ? well, jika proses mengajar yang
dimaksud ditekankan kepada anak sebagai pengguna peralatan teknologi, saya
termasuk salah satu praktisi yang beranggapan bahwa anak sebaiknya dijauhkan
dari teknologi. Bukan berarti menjauhkan anak dari teknologi, tapi pada tahap
anak usia dini perkembangan fisik dan motorik anak akan jauh lebih penting dari
pada technology awareness[1].
Anak juga akan lebih baik dikenalkan pada lingkungan nyata yang akan membuat
semua aspek perkembangan berkembang ketimbang duduk diam didepan computer atau
menonton televisi. Interaksi anak dengan orang tua dan lingkungan sekitar akan
menjadi sangat penting di usia dini dan hal ini tentunya tidak akan didapat
anak melalui computer.[2]
Tapi apakah TIK sangat amat tidak berguna di
pendidikan anak usia dini ? tentu saja tidak. perkembangan teknologi, terutama
Internet menjadi amat sangat berguna bagi para guru dan orang tua yang dengan
mudah mengakses berbagai informasi tentang perkembangan anak.
Bagi guru seperti saya, perkembangan internet
juga sangat membantu dalam mencari bahan mengajar sekarang dapat mudah ditemui
di Internet, memang butuh kreativitas dalam mencari bahan pengajaran yang
sesuai dengan rancangan pembelajaran kita, terutama karena bahan yang tersedia
di Internet kebanyakan berasal dari website yang berasal dari Negara lain, yang
tentunya memiliki kurikulum dan acuan pembelajaran yang berbeda dengan kita
yang berada di Indonesia, itu menjadi tantangan sendiri bagi pendidik anak usia
dini agar tidak asal mengambil bahan pembelajaran di Internet.
Tapi penggunaan internet yang sangat mengagumkan
dan akan saya bagi disini bukanlah kemudahan mencari bahan pembelajaran,
melainkan interaksi antara orangtua dan guru melalui media sosial untuk
memantau perkembangan anak. Pengalaman ini saya dapat ketika mendapat
pengalaman saat menjalani pertukaran pelajar dan magang selama dua bulan di
sebuah Daycare di Thailand, sebagai seorang anak magang, saya selalu dengan
baik-baik memperhatikan apa yang berbeda dari daycare yang disini dengan yang
ada di Indonesia, perbedaan yang paling mencolok justru saya dapat dari guru
pamong saya.
Awalnya saya tak menyadari penggunaan facebook
sebagai penghubung antara guru dan orang tua untuk memantau perkembangan anak
sebelum saya berteman dengan guru pamong saya di Facebook, setelah berteman dan
saya lihat posting-postingnya selalu berisi foto anak-anak di daycare dengan
deskripsi singkat tentang apa yang si anak lakukan dan tujuan dari kegiatan
tersebut, tiap harinya, biasanya guru pamong saya mengupload sekitar 3 foto
dengan anak yang berbeda, begitu terus setiap harinya dan hebatnya orang tua si
anak biasanya mengupload dan menghubungkannya dengan kegiatan dirumah dan
selalu mengikuti posting foto yang diunggah si guru.
'Sikat Gigi' salah satu foto yang diunggah guru pamong di Facebook |
Interaksi antara guru dan orangtua melalui media
sosial merupakan hal baru bagi saya kala itu, dan itu jelas sangat efektif
karena anak yang biasanya dititipkan didaycare adalah anak dengan ibu yang
bekerja dan sangat sibuk sehingga kadang jarang datang untuk mendengarkan perkembangan
si anak disekolah.
Dalam Pendidikan, terutama pendidikan anak usia
dini interaksi antara orangtua dengan guru sangatlah penting[3],
karena perkembangan anak tentunya tak hanya terjadi saat disekolah tapi juga
dirumah, medianya sendiri biasanya berupa pertemuan orang tua dan guru, namun
tidak banyak yang bisa dibahas disitu, tentunya guru tak akan menjelaskan satu
persatu kegiatan anak dari hari kehari bukan ? dan itu mengapa saya beranggapan
interaksi via facebook adalah salahsatu terobosan.
Kegiatan Makan siang dan menunya menjadi laporan rutin yang diunggah guru pamong |
Pulang ke Indonesia, saya ditanyai mengenai
pengalaman selama di Thailand oleh beberapa dosen dan saya selalu menceritakan
kejadian unik interaksi via facebook tersebut, akhirnya hal itu dipraktekkan
oleh kami di labschool PAUD kami yang baru dua tahun berdiri. Setelah tamat
kuliah dan mulai bekerja pun, ketika pihak sekolah membaca curriculum vitae
saya dan melihat pengalaman singkat selama dua bulan di Thailand, mereka
bertanya pelajaran apa yang bias diambil dan saya bercerita hal yang sama,
hebatnya sekolah yang satu ini benar-benar serius menanggapi saran saya, mereka
tak pernah absen menunggah foto didaycare dan tiap sentra sehingga orang tua
mengetahui kegiatan anak dan tujuannya.
Saya yang anak magangpun jadi bahan unggah foto Bu Guru Pamong |
Pada akhirnya teknologi dan informasi terutama
internet dalam pembelajaran di pendidikan anak usia dini memang tidak
difungsikan bagi anak, tapi lebih sebagai media bagi guru dan orang tua untuk
mengoptimalkan komunikasi dan tentunya mencari infomasi baru tentang
pembelajaran bagi anak.
*Tulisan ini dibuat untuk Lomba Blogging yang
diadakan Indonesia Terdidik TIK dengan Tema Pemanfaatan Teknologi Informasi
& Komunikasi dalam menunjang Proses Mengajar.
[1]
Community Playthings with Wendy Scotts, 2014, Lightning the Fir, hands on investigation, play and outdoor learning in
primary education, Community Playthings limited
www.communityplaythings.co.uk
[2] Van
Scoter, J, Elis, J. & Railsback, J. 2011, Technology in Early Childhood Education, Finding the balance.
Northwest regional education laboratory.
[3]
Patmonodewo. Soemiarti, 2003, Pendidikan
Anak Prasekolah, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Halaman 124
1 comments
Menarik sekali Bu Tuliannya !
BalasHapusMencoba berbagi : http://iwansmtri.blogspot.com/2014/10/tik-jadi-sahabatku-dalam-mencerdaskan.html
leave yout comment here :)