Bulan September kemarin saya cukup intense baca buku-buku misteri, membaca dua karya Keigo Higashino lainnya yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, mengenal karya Minato Kanae dan berkenalan dengan Robert Galbraith, a.k.a J.K. Rowling. Ah iya saya membaca satu buku non-fiksi di bulan September, buku yang saya beli di BBW akhir bulan Agustus lalu, seri The School of Life judulnya: How to Worry Less about Money. Buku terkhir berjudul Seribu Wajah Ayah, buku ang diulas di sesi #SelasaBahasBuku - nya Hayu Maca.
1. Penance - Minato Kanae
Blurb: Lima orang anak perempuan kelas 5 SD main bareng di halaman sekolah waktu hari libur, salah satu dari mereka meninggal dibunuh seorang laki-laki yg mengaku sedang mereparasi sesuatu di sekolah. Waktu interogasi, gak satupun dari ke4 temannya ingat sama Wajah atau ciri pembunuh. Sang ibu dendam dan menuntut ganti rugi.
Aku sudah membaca Confession & Penance, personally aku merasa level 'sadis'nya penance tuh dibawah Confession. Tapi background cerita Penance tentang apa yg terjadi sebelum Emily dibunuh benar-benar bikin aku mual dan gak nyaman. Somehow aku merasa perlu ada TW atau tulisan trigger warning setidaknya dibagian belakang buku, untuk kasih tau kalau buku ini akan bikin ga nyaman penyintas pelecehan seksual.
Ada satu hal yang bikin buku ini amat menarik buatku. Gimana cara penulis menggambarkan perasaan jujur anak-anak ketika ada anak lain yg 'lebih' dari mereka. Ada anak yg merasa terancam posisinya karena ada anak baru yg lebih OK, ada yg merasa iri, level gak nyaman yg biasa aja tp lama-lama jadi bete juga. Ini natural banget kejadian di anak-anak tapi jarang keangkat ke permukaan. Makanya buatku cara penulis menyampaikan perasaan-perasaan ini menarik dan sempurna sekali.
2. Confession karya Minato Kanae
Blurb ceritanya cukup jelas dibelakang buku: seorang guru kimia yg Mengajar di sebuah SMP, baru saja kehilangan anak perempuan berusia 4 tahun yang meninggal di sekolah tempat ia bekerja. Walau ditemukan tenggelam dan ditetapkan sebagai kecelakaan, Ia tak percaya dan yakin kalau anaknya dibunuh oleh dua orang muridnya.
Aku menuliskan review lengkapnya disini ya: Review Asri: Buku Confession karya Minato Kanae | Asri Swear
3. Malice karya Keigo Higashino
Blurb: Malice bercerita tentang seorang penulis terkenal, Kunihiko Hidaka yang ditemukan meninggal di rumahnya, sahabat penulis tersebut, Osamu Nonoguchi kemudian menjadi salah satu tersangka.
Ini karya Keigo Higashino yang cukup lawas, pertama terbit di 1996. Awalnya saya agak bingung karena belum lihat tahun terbitnya buku ini. Ternyata settingnya 'jaman awal internet'. Ada beragam tema yang diambil di buku kali ini, tapi buat saya yang paling mencolok adalah Bullying.
Buku ini menggambarkan bagaimana bullying menyebabkan perilaku yang gak kita bayangkan sebelumnya, juga bagaimana kita dibuat kesal dengan alasan beberapa orang yang melakukan bullying: "kalau lihat dia kesal aja" ga ada alasan khusus. Iyuuuh! Dan ya seperti banyak kasus pada umumnya: Bullying terjadi di sekolah.
Buku seri Detektif Kaga yang pertama yang saya baca. Buku Keigo keempat yang saya baca. Dan seperti buku Keigo Higashino lainnya: SERU!
4. The Newcomers - Pembunuhan di Nihonbasi karya Keigo Higashino
Kali kedua bertemu Detective Kaga setelah Malice :') saya sepertinya naksir Kaga di The Newcomers nih hihi. Blurb: Kaga baru saja pindah ke kantor kepolisian wilayah baru. Ada kasus pembunuhan seorang wanita di apartmentnya, Kaga kemudian mendatangi orang-orang yg berkaitan dengan kasus ini.
Bedanya buku ini sama Malice, aku merasakan kehangatan di tiap cerita di buku ini. Cara Kaga ngobrol sama orang, mengungkapkan misteri-misteri kecil di kehidupan orang2 yg ia jumpai, duh ini vibe-nya mirip Namiya. Poin bagus dibuku ini adalah tentang fatherhood. Hubungan tiga ayah - anak yang menarik sekali untuk dipahami lebih lanjut.
Saya berencana menulis lebih lanjut terkait buku ini di blog hehe jadi saya tulis sedikit saja ya tentang buku ini di sini
5. The Cuckoos' Calling / Dekut Burung Kukut karya Robert Galbraith / J.K. RowlingSudah lama sekali ga baca buku tebal & gede gini haha, sebetulnya ada beberwpw buku seperti Second Sisters nya Chan Ho Kei, tapi karena baca buku digitalnya, ga kerasa tebalnya.
Ini saking tebal & beratnya, akhirnya justru setengah bagian buku ini saya baca digitalnya, karena ada di Gramedia Digital.
Tokoh utama di buku ini adalah Cormoran Strike, detektif yang hampir bangkrut, baru putus dari tunangannya yang udah barengan 16 tahun, yang tinggal di London. Ah iya, Strike juga mantan tentara gitu, dia pernah ikut perang di Afghanistan dan bawa oleh-oleh berupa salah satu kakinya mesti diamputasi.
Kasus dibuku pertama ini, Strike, yg lagi broke banget dimintai bantuan oleh kakak seorang model terkenal yg baru aja diberitakan mati bunuh diri, melompat dari flatnya. Kakaknya ga percaya kalau adiknya bunuh diri, dia yakin ada orang yg bunuh adiknya. Saya cukup senang baca cerita detektif yang detektifnya digambarkan gak sempurna haha. Kebanyakan baca Sinichi/Conan atau detectif lainnya yg keknya ga mikirin uang buat makan tuh rasanya too good to be true banget ya haha.
6. The Silkworm / Ulat Sutra karya Robert Galbraith / J.K. Rowling
Seri kedua dari bukunya Robert Galbraith yang menceritakan kisah Cormoran Strike sebagai seorang Detektif Partikelir bersama partnernya Robin. Kali ini kasus yang menjadi inti cerita dari buku
532 halaman ini fokus pada pencarian seorang penulis yang menghilang. Penulisnya tidak terlalu terkenal sebetulnya sampai bisa bikin geger seantero London, seperti saat Strike memecahkan kasus Lula Laundry di buku pertama, tapi ketika menemukan sang penulis dengan kondisi mengenaskan dan sama persis dengan deskripsi di buku yang ditulis penulis terakhir kali, kasus ini jadi kasus yang kontroversial.
Di buku ini Strike digambarkan sebagai detective yang mulai melejit dan punya banyak klien, efek dari ketenaran di kasus pertama yang luar biasa. Tapi kita juga masih melihat Strike yang penuh perhitungan, ngirit haha dan aku suka karena lebih manusiawi. Sisi manusiawi yang agak emosional juga ditunjukkan dengan keberpihakan Strike pada istri sang penulis yang sebenarnya banyakan main instingnya.
Robin mulai diberi peran untuk naik kelas dari awalnya bekerja dibelakang meja, mulai melakukan sesuatu di lapangan, bahkan tanpa Strike. Dibanding buku kedua ini, cerita di buku pertama masih lebih menggigit sih buatku pribadi. Tapi tetap bikin penasaran siapa sih pelakunya 😂
7. How to Worry Less about Money karya John Armstrong
How to worry less about money, buku dari tiga buku seri The School of Life yang saya baca pertama.
Penulis membuka awal bagian buku ini dengan bedanya money worry dengan money troubles. Kebanyakan dari kita punya masalah di 'money worry' ini. Bingung dan punya ketakutan kalau gak punya uang bakal gimana. Nah, dibagian awal, penulis bantu kasih guidance dengan beberapa pertanyaan, seperti, sebetulnya kita butuh uangnya buat apa? Dan apakah itu penting buat saya? Penulis secara spesifik minta kita menuliskan jawaban dari pertanyaan2 di slide dua supaya jelas, kita khawatir gak punya uang karena apa.Selain bantu kita untuk mengurai kekhawatiran, penulis juga menegaskan kalau pada banyak pengalaman, cara kita berinteraksi dengan uang tuh lebih banyak mainin aspen psikologi-nya, dibanding aspek ekonomi hihi. Jadi inget buku psychology of money yaa (yg sampai skrg belum Tamat saya baca hehe).
Ada Bagian menarik di buku ini tentang gimana uang sebetulnya gak se begitu increase happiness, kalau kita udah 'punya' uang sebelumnya. Beda sama kalau sebelumnya ga punya uang, ga punya penghasilan, money does increase happiness.
Buku ini juga mengulas keterkaitan antara uang & pernikahan. Hehe. Sebuah bacaan ringan yang berat, atau berat yg ringan ya wkk, karena ga pake bahasa yg susah banget bamuat dipahami, tapi tetap butuh waktu beberapa hari buat saya baca buku ini. Ini pun kayanya belom paham betul semuanya :')
8. Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala
Blurb: Buku ini berkisah tentang seorang anak yg pulang ke rumah setelah Ayahnya meninggal, kemudian ia throwback ke masa-masa sejak lahir hinggal saat ini melalui sebuah album dengan 10 foto berisi kenangan penting di dalamnya.
Sebagai seorang anak yg udah ditinggal bapak lebih dulu menghadap Tuhan, berada diposisi yg sama dengan tokoh 'aku' di buku ini yg juga ga ada disamping Ayahnya ketika berpulang, bab-bab awal benar-benar menguras emosiku. Aku sampai ikut meneteskan air mata.
Saya cukup menikmati membaca buku ini tapi juga agak kurang nyaman dg kutipan-kutipan dari penulis, tokoh, nabi atau sahabat nabi, bahkan quran yg ada di buku ini. Jadinya menurutku agak ngagokin menikmati cerita yg udah dibangun dengan oke sama penulis. Padahal bisa banget diisi dengan pendalaman kejadian-kejadian yg bikin saya sebagai pembaca makin-makin merasakan penyesalan tokoh utama karena agak terlambat memahami ayahnya.
Konflik dibuku ini juga dibangun dengan agak terburu-buru di akhir, kalau dari tengah alur konflik ini dibangun, mungkin aku bisa cukup memahami 'perang dingin' yg terjadi antara anak & ayahnya ini. Tapi karena terkesan buru-buru, aku jadi merasa 'yg penting ada moment benturan' yg bikin tokoh utama & ayah gak saling bicara.
Aku suka sekali tokoh aku yg dibuat tanpa nama dan tanpa gender, jadinya berasa tokoh utamanya adalah aku sendiri. Ini beneran! Sebelum masuk baca konfliknya, aku bahkan membayangkan tokoh utamanya pas SD rambutnya dikucir dua. Tapi membaca 'petuah' sejak sang anak mulai jatuh cinta, cara anak & ayah ini berseteru juga, langsung bikin aku mikir, aduh ini mah konflik ayah & (biasanya) anak lelakinya hihi. (ini generalisasi tapi ya menurutku begitu).
--
⭐⭐⭐
Cukup ok untuk dibaca. Ringan, gak terlalu tebal dan bikin hati hangat 🤗 tersedia di @gramediadigital
----
Sekian rangkuman bacaanku di bulan September ini! hihi agak telat bikin rangkumannya dan sudah mulai baca beberapa buku di bulan Oktober ini yang masih amat sangat didominasi buku-buku misteri :)