Sepanjang Bulan Maret, saya banyak gambar-gambar menggunakan pensil warna dan spesifik mencoba gambar satu objek: Burung.
Seru sekali menggambar burung-burung ini! saya juga jadi belajar mengenali karakter pensil warna yang saya punya ketika mewarnai gambar-gambar ini. Seringnya, saya menggunakan Faber Castell Polychromos dibanding pensil warna lainnya. Pensil ini setelah dicoba-coba jadi pensil yang paling cocok buat saya menggambar objek seperti burung. (Setelah mencoba Prismacolor, Derwent Studio dan Derwent Drawing juga). Tapi kadang sering saya mix jugaa semua pensil warna ini. Saya jadi belajar kenalan dengan warna-warna jugaa, misalnya untuk cari warna yang hitamnya paling menyala, akhirnya semua pensil warna saya coba, Terus yang paling terang malah Derwent Drawing Ivory Black dan Student Grade pencil color dari Lyra Graduate. Gak sabar untuk coba warna-warna lain juga satu-satu ginii.
Selain kenalan sama media gambarnya, saya juga baru sadar saya punya banyak sekali referensi untuk gambar binatang terutama burung di perpustakaan kecil di rumah. Kebanyakan dari buku-buku ensiklopedia anak malah. Walaupun gak semuanya gambarnya high resolution, tapi lebih dari cukup banget buat pemula seperti saya supaya gak perlu beli buku referensi lagi. Referensi lainnya juga bisa didapat di internet. Pinterest tetap jadi referensi utama saya hehe soalnya bisa membawa ke web-web artist lainnya buat belajar gambar.
Berikut beberapa gambar burung belakangan ini. Oiyaa beberapa gambar di sini memang awalnya sketsa-sketsa random untuk latihan melemaskan tangan hehe jadi maklum kalau kertasnya beberapa kotor yaaaw.
Bentet Berpunggung Merah, referensi dari buku Dunia Binatang
Ekek Biru, referensi dari buku Dunia Binatang
Kepodang Dunia Lama, dari buku Dunia Binatang
Referensi dari buku Mini Encyclopedia: Birds
Kepodang, Ekek dan Bentet dalam satu halaman
Setelah mulai gambar lagi sejak awal tahun, akhirnya bisa menyelesaikan satu series gambar botanical. Hehe yang kecil-kecil aja dulu. Referensinya juga masih lihat di buku dan di internet, belum lihat langsung mengamati objeknya (of course, gerak amat terbatas di trimester tiga ini). Tapi cukup puas karena akhirnya punya satu project selesai! setelah setiap hari random-random gambar apapun di sketchbook dan kertas.
Series kali ini gambar jamur-jamuran, referensinya diambil dari buku botanical bahasa Jerman yang kubeli dari Facebook Marketplace, Die Natur - erlebt und beobachtet mit Vorschulkindern (Experiencing and observing nature with preschool children) karya Marga Arndt yang terbit 1969. Saya beli bukunya karena ilustrasi botanical dan binatang didalamnya hehe bukunya full Bahasa Jerman jadi saya gak paham, padahal isinya sepertinya bagus banget buat pegangan orang tua seperti saya dalam mengamati alam sama anak.
Ada enam jamur yang saya gambar di series ini, and looking forward to adding more in the future! tentunya masih jauh dari sempurna, tapi yaa buat amatir seperti saya, ini aja sudah memuaskan sekali.
Semua gambar ini saya saya gambar menggunakan pensil warna, Faber Castell Polychromos di kertas Canson Bristol XL 160gsm.
Chantarellus cibarius
Leccinum aurantiacum
Amanta muscaria
Imleria badia
Amanita phalloides
Leccinum scabrum
Memasuki Februari, bulan kasih sayang yang sangat pendek ini. Sejauh ini menjadi pengangguran penuh waktu di 2025 masih menyenangkan (semoga menyenangkan terus amiiiiin). Jeda karier pertama yang sungguh produktif karena saya bisa melakukan banyak hal yang ingin saya coba! Tentu ada beberapa yang juga tidak bisa dicoba karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan di trimester ketiga ini. Tapi saya bisa melakukan banyak hal di rumah dan itu sudah lebiiiih dari cukup.
Rutinitas Bulan ini dan Rencana kedepan
Bulan ini saya masih rutin membaca dan menulis jurnal setiap hari. Tambahan aktivitas baru selama jeda karier: Menggambar, juga masih rutin saya lakukan. Bulan ini saya mencoba banyak hal! salah satunya kembali menggambar digital menggunakan iPad + Procreate (yasss, gambar diatas adalah gambar digital pertama saya setelah sekian lama rehat). Saya juga mencoba beragam media untuk menggambar: watercolor (tentunya), guache, oil pastel dan pensil warna.
Mencoba eksplor mix media seru juga ternyata, saya juga mencoba beragam kertas untuk karya-karya saya, mulai dari kertas bristol, kertas watercolor dari beragam brand yang berbeda dan juga cat air baru. Banyaknya hal yang saya coba, terutama untuk Cat Air, membuat saya berpikir untuk membuat guide sederhana (mungkin dalam bentuk Zine) atau sesimple postingan di blog atau sosial media tentang bagaimana caranya memilih Art Supply untuk pemula, tapi dalam Bahasa Indonesia, karena kebanyakan referensi bisa ditemukan dalam Bahasa Inggris (semoga sempat dikerjakan bulan ini ya).
Kenapa mau berbagiii dalam Bahasa Indonesia? karenaa selama sharing di Medsos banyak sekali yang bertanya tentang art supply untuk melukis dengan cat air ini, yang menurut saya memang challenging untuk pemula. Kertas yang mana? cotton atau cellulose? hot press, cold press atau rough? berapa gsm yang aman untuk melukis? kalau mau beli cat dengan budget terbatas baiknya brand apa? kalau level middle brand apa? kenapa ada winsor & newton professional dan cotman? apa bedanya? hehe, beberapa waktu kebelakang berkutat dengan cat air, pengetahuan saya tentu tidak ada apa-apanya dibanding para master di bidang seni. Tapi setidaknya cukup untuk bikin guide sederhana.
Gambar apa saja di Februari?
Ada beberapa gambar yang jadi Favorit saya di Februari, berikut listnya:
Oil pastel lagi
Percobaan menggunakan Oil Pastel lagi! masih menggunakan satu-satunya oil pastel yang saya punya di rumah: Mungyo Oil Pastel. Seru sekali kali ini main oil pastelnya, karena sudah punya paper stump, jadi blendingnya lebih lancar. Gambar diatas saya buat di kertas bristol dari Canson yang super halus, enak banget gambar di kertas bristol, sayangnya saya salah memilih masking tape, sehingga bagian yang saya masking tape malah robek, jadinya saya gunting artworknya dan saya tempel di depan meja kerja.
Inspirasinya diambil dari Pinterest, sayangnya kepencet dan hilang sebelum karyanya selesai, sehingga saya agak kesulitan mencari sumber gambar pertamanya.
Swatching Pebeo Studio Watercolour
Kali ini gak bisa dibilang gambar, aktivitasnya swatching saja sebetulnya, tapi saya menikmati sekali. Saya pernah beli cat air student grade dari brand Pebeo beberapa tahun lalu (lupa, kemungkinan 2022) di Artemedia Baltos. Isinya 18 tube x 12ml, harganya kalau tidak salah sekitar 200.000an atau lebih murah, tapi tidak pernah saya swatch sama sekali, kemarin saya swatch 12 warna yang saya masukkan ke metal tin isi 12 half pan dan baru sadar warnanya ternyata cantik juga ya, lumayan mirip pentel tapi lebih menyala, lebih opaque. Dulu saya merasa warnanya gak cantik-cantik amat dan susah sekali diblend, ternyata karena saya menggunakan kertas yang salah, setelah dicoba lagi di kertas watercolor 100% cotton, warnanya cakep juga.
Colored Pencils on Bristol Paper
Karena Februari ini baru punya kertas bristol LOL, dan baru tahu kalau kertas bristol sehalus itu, saya senang sekali ketika mencoba menggunakan pensil warna di kertas ini. Kertasnya sama, Canson XL Bristol A4, saya coba gambar ilustrasi makanan menggunakan dua pensil warna, yang atas menggunakan Pensil Warna Arrtx dan yang bawah menggunakan Prismacolor Premiere dengan list warna yang sama. Hasilnya lumayan kelihatan bedanya, gara-gara kertas bristol ini saya jadi ingin mencoba kertas-kertas lain untuk media kering yang belum banyak saya eksplor.
Trying Out Colours
Terinspirasi dari akun PandaJieyu di TikTok yang mencoba tiap warna cat air yang dia punya di satu karakter yang khas, saya ingin bikin juga buat melatih kontrol dan opacity cat air yang saya punya. Project ini seharusnya jadi banyaaak karena cat air yang saya punya juga sebetulnya banyak dan dari beragam brand, tapi diatas baru coba-coba yang Holbein saja, cobanya di kertas Celluloce, kedepannya mau coba di kertas cotton juga karena hasilnya sepertinya akan berbeda.
Botanical Painting My Fav!
Favorit terakhir, tentu sajaa favorit saya sepanjang waktu: gambar botanical yang makan waktu lamaaa sekali haha. Bulan ini ada tiga karya botanical yang saya cukup puas bikinnya. Marigold, Citrus medica dan Bitter Orange. Ketiganya pakai cat air. Dari semuanya paling suka sama Marigold karena ngerjainnya cukup details, kertasnya juga enak banget (baru pertama kali nyobain kertas 100% cottonnya Winsor & Newton, cold press 300gsm), buat Citrus medica digambar di Canson XL Aquarelle, dan Bitter Orange di Leyton HotPress 350gsm 100% Cotton. Ketiganya menggunakan Winsor & Newton Cotman, khusus untuk Bitter Orange, saya tambahin watercolor ink dari Royal Talents Art yang saya punya sudah lama sekali (kayanya beli 2019 di Toko Prapatan Jakarta), labelnya sudah saya lepas karena sempat berjamur, jadinya malah kehilangan informasi ini warna apa, tapi sepertinya forest green.
---
Sekian update gegambaran Februari! semoga akhir Februari bisa update juga, atau kalau gak sempat nanti akan dirapel ke Maret sekalian. Terima kasih sudah membaca!
Ada yang pernah mengikuti kasus Ruby Franke?
Ruby Franke, seorang Mom Vlogger/Momfluencer yang sukses banget di Amerika dengan lebih dari 2juta subscribers di Youtube dan banyak banget followers di Media Sosial, pada Agustus 2023 ditangkap kepolisian setempat karena melakukan kekerasan pada anaknya.
Penangkapannya dramatis banget karena. Anak laki-lakinya disekap di rumah partner bisnisnya, dan kabur untuk minta tolong ke tetangga buat diantarkan ke kantor polisi. Tetangganya langsung telfon 911, paramedis dan polisi langsung datang dan menggeledah rumah partner bisnisnya Ruby, Judi Hildebrant dan menemukan satu lagi anak Ruby dalam keadaan kelaparan di sebuah ruangan kecil di rumah mewah tersebut.
Kasus ini ramai sekali karena sebelumnya memang Ruby sempat mengunggah konten yang bikin dia dicancel sama subcribernya, ia mengunggah video percakapan sama anak laki-laki tertuanya, Chad, dimana selama 7 bulan, Ruby ‘menghukum’ Chad dengan mengambil ‘tempat tidur’nya dan selama 7 bulan tersebut, Chad tidur di bean bag. Subscribersnya drop parah banget dan dia dihujat habis-habisan.
Netizen di Amerika yang kepo juga banyak ngomongin mereka di Reddit, beberapa curiga sama gaya parentingnya Ruby yang terlihat melakukan ‘abuse’ ke anak-anaknya.
Ketika kejadian penangkapan Ruby terjadi, boom, semua orang langsung ramai membahas tentang dampak family vlogging buat keluarga, terutama buat anak-anak. Beberapa bagian negara di Amerika juga belakangan semakin ketat mengatur aturan tentang privasi anak dalam konten-konten macam Family Vlogging ini.
Ini bukan pertama kalinya anak jadi korban eksploitasi orang tua. Selama ini orang kan sering serba salah ya kalau ngomentarin konten-konten keluarga yang dengan gamblang menceritakan keseharian anak.
Tapi sebenarnya bagaimana pandangan anak-anak yang jadi ‘korban’ eksploitasi ini sendiri?
The house of my mother
Awal tahun 2025, Shari Franke, anak pertama Ruby merilis sebuah autobiografi yang menceritakan apa yang terjadi pada keluarganya. Buku berjudul the house of my mother ini gak terlalu tebal, 319 halaman tapi mampu menjelaskan kurang lebih apa sih yang Shari rasakan sejak ia bisa mengingat moment bersama Ibu dan Ayahnya.
Buku ini mengisahkan bagaimana perasaannya ketika menjadi 1 dari 8 passenger yang kesehariannya ditampilkan orang tuanya di YouTube, bagaimana ibunya punya semacam dua wajah di depan dan di belakang kamera, bagaimana ia merasakan perubahan yang terjadi saat baru puber, dan yang paling signifikan merubah hidupnya: bagaiamana Ibunya bertemu Judi Hildebrant dan bergabung di ConneXion, yang merubah ia dan keluarganya lebih jauh lagi.
Lewat buku ini, Shari menceritakan latar belakang Ibunya, Ruby, yang karena ajaran di keluarga dan agamanya merasa callingnya ya sebagai Ibu. Gak heran ketika akhirnya Ruby memutuskan untuk punya banyak anak dan terlihat selalu bahagia ketika sedang mengandung anak-anaknya.
Ruby sendiri memulai semuanya dari blogging, ia menjadi mom-blogger yang sering sharing resep masakan, sharing tentang keluarga dan parenting. Di tahun 2015, melihat adik-adiknya sukses bikin YouTube Channel, Ruby memutuskan buat ikutan sharing keseharian keluarganya lewat video di YouTube. Dari awalnya subscribers kecil, lama-lama jadi banyaak sekali. Sampai terakhir angka tertinggi subscribersnya di 2,5juta!
Ibu dengan kepribadian narsistik
Menurut Shari, Ibunya punya kecenderungan narsistik, dimana seluruh dunia sepertinya berputar untuk Ruby. YouTube dan Sosial Media, ngebantu nge-enable sifat Ruby ini dengan semakin menjadi-jadi. Ia ingin terlihat menjadi Ibu yang sempurna dengan gaya parenting yang ok dan perlu ditiru subscribersnya.
Shari yang semakin beranjak remaja, juga makin belajar kalau dia justru bisa memanfaatkan celah ini. Kalau minta sesuatu, better minta didepan kamera aja, biar ibunya bilang iya.
Ibunya juga mulai me’monitize’ anak-anaknya dengan menjanjikan Shari sekian dollar kalau ikut senyum dan baik-baik di video, serta ketika Shari akhirnya ikutan bikin Youtube, Ibunya minta komisi manajemen dari uang adsense yang masuk. Shari gak bisa ngomong apa-apa karena dia underage dan urusan rekening dan buka adsense memang dibawah kewenangan orang tuanya.
Bertemu Judi
Ruby yang terlihat cukup sukses dalam menjalankan parentingnya, ternyata bisa pusing juga sama kelakukan anaknya ketika beranjak remaja. Chad, anak laki-lakinya dianggap ‘nakal’ dan susah banget diatur, sehingga suatu hari ia tanya rekomendasi ke temannya, ‘harus diapain ya’?
Disitulah nama Judi Hildebrant muncul. Judi dikenal sebagai seorang life coach yang ahli banget buat mengubah perilaku-perilaku remaca semacam Chad.
Gak lama, Chad dibawa ke sebuah ‘camp’ selama 3 bulan buat ‘dibantu’ bisa balik jadi anak yang penurut. Shari sejak awal merasa gak nyaman dengan Judi dan melakukan beberapa online research, menemukan beberapa anekdot gak ok tentang Judi dan coba buat ngomong ke Ibunya, tapi malah dipojokin dan dianggap gak mau melihat Chad berubah, gak lama Shari sendiri harus ikut 1:1 sama Judi dan disitu dia melihat betapa manipulatifnya Judi.
Bagaimana setelah baca bukunya?
Sepanjang baca buku, rasanya capek banget dan susah buat gak ikutan kesal sama Ruby. Kalau kamu pernah ketemu orang yang punya kecenderungan Narsistik, mungkin kamu tahu betapa drainingnya ada di sekeliling mereka :’) jadi gak kebayang kalau sosok NPD malah kamu temukan di sosok yang harusnya jadi guardian, jadi protector dan jadi orang pertama yang bisa direach out kalau ada masalah.
Tapi walaupun temanya berat, Shari berhasil menuliskan memoarnya dengan sangat baik menurut saya. Ia mencacah bagian demi bagian buku sehingga tiap chapternya cenderung pendek, gak kepanjangan dan membosankan.
Karena ia biasa nulis journal, kita juga akan menemukan beberapa catatan di journalnya. Ini menarik sekali karena kita bisa melihat apa yang Shari catat, kemudian bagaimana ia merefleksikan hal tersebut beberapa tahun setelahnya.
Saya sangat merekomendasikan siapa saja buat baca buku ini karena sebetulnya family vlogging adalah konten yang banyak sekali kita jumpai (mungkin beberapa dari kita konsumsi) secara rutin.
Belajar apa dari buku ini?
Privasi anak penting banget
PENTING BANGET BUAT punya pasangan yang sama-sama aware sama kondisi anak. Gak iya-iya aja dan gak punya power buat melakukan apa yang harusnya dilakukan orang tua buat anak.
Consent anak saat bikin konten-konten keluarga yang akan diunggah juga penting banget (+ diskusinya akan lebih panjang, karena bisa jadi anak kasih consent tapi gak benar-benar sadar konsekuensi ketika satu konten diunggah)
Hati-hati banget pilih teman dan circle (sudah sering sekali dengar dan baca cerita orang-orang yang ketemu cult aneh dan berakhir keluarganya bercerai berai)
Untuk diskusi dan dipelajari lebih lanjut
Etika posting kegiatan anak itu gimana? batasan boleh dan gak bolehnya seperti apa? apakah ada regulasi yang mengatur tentang ini? atau tiap orang tua harus punya kesadaran sendiri-sendiri untuk melindungi anaknya?
Apakah ketika ikutan nonton video family vlogging, kita ikutan jadienableryang bisa jadi kasih dampak buruk untuk anak-anak di video? (dalam kasus Shari, ia merasa followers ibunya tuh juga enabler)
Dari kasus ini, Amerika punya sistem yang cukup ok, walaupun tentu belum sempurna--mengingat laporan Shari awalnya gak ditindak lanjuti karena regulasi terbaru, tapi ada peran Negara buat bantu ngelindungin anak yang terbukti diabuse sama orang tuanya. Gimana di Indonesia? kalau ada anak-anak yang diabaikan dan dibiarkan kelaparan? Negara ngapain?
Halo! Sudah lama tidak baca romance, tahun ini Romance-Fest saya (romance-fest, karena gak mungkin bacanya berhenti di satu buku aja) dibuka dengan buku Abby Jimenez, Just for The Summer. Buku ini sebetulnya buku ke-3 dari series Part of Your World-nya Abby Jimenez, tapi seperti buku romance pada umumnya, dia bisa banget dibaca stand alone. Meskipun series, tapi tidak butuh baca buku-buku sebelumnya untuk bisa memahami cerita di buku ini.
Blurb
Sebagai pembaca buku-buku romance, suka sekali buku ini karena dari awal sudah diajak ketawa kocak dengan cerita bertemunya Emma dan Justin.
Emma mengenal Justin dari cerita panjang lebar di Reddit, yang isinya curhatan kalau semua perempuan yang in relationship sama Justin malah berakhir ketemu the one/pasangan hidupnya beneran. Uniknya, Emma merasa punya curse yang sama kaya Justin, ia lalu penasaran dan chat Justin untuk tanya lebih lanjut. Awalnya iseng, tapi ternyata Justin pribadi yang lucu dan menyenangkan di chat-chatnya. Pun Justin merasakan hal yang sama terkait Emma. Gak lama setelah itu teman-teman Justin menyarankan Justin buat coba jalin hubungan sama Emma, siapa tahu habis itu kutukannya mereka berdua udahan beneran, jadi bisa ketemu soulmate masing-masing setelah pacaran. Jadi tujuannya pacaran biar putus dan ketemu jodoh beneran masing-masing.
Emma ternyata setuju dan merasa nothing to lose dengan uji coba hubungan untuk memecahkan kutukan ini, sebagai nurse traveller (baru tahu ada pekerjaan ini, intinya perawat yang kerjanya pindah-pindah lokasi sesuai kemauan mereka dan sesuai kebutuhan dari agency), tadinya Emma dan sahabatnya Maddy akan bertugas di Hawaii di musim panas, tapi terus pindah ke Minnesota, tepatnya di Minneapolis.
Emma yang sabar dan Justin yang green flag
Di awal kita disuguhi dengan pasangan yang ketika bertemu memang sudah tertarik satu sama lain, plus kepribadian Emma yang dewasa dan sabar, serta Justin yang super duper green flag. Sebetulnya membaca buku ini, tanpa tahu nama penulisnya, akan bikin kita menebak penulisnya pasti perempuan karena saya yakin perspektif bagaimana Justin menyiapkan date-datenya dengan Emma, itu kurang lebih gambaran bagaimana kebanyakan perempuan berharap ketika diajak ngedate haha! the quizionaire!! Briliant! walaupun mungkin tidak semua perempuan suka ya, tapi poinnya di bagaimana Justin menyiapkan agar Emma nyaman ketika pergi dengan ke sebuah tempat.
Tapi lama-lama kita juga akan mendapatkan potongan cerita yang membuat hubungan Emma dan Justin tidak semudah yang dibayangkan. Emma dengan trauma masa lalu (yang ia anggap telah usai tapi jelas belum sama sekali), kemudian Ibunya yang tiba-tiba hadir setelah sebelumnya selalu absen dari kehidupannya. Serta Justin yang tiba-tiba harus bertanggung jawab atas tiga adiknya, karena Ibunya harus pergi.
Keluarga dan Luka Masa Lalu
Jujur baca buku ini gak berasa baca romance sepenuhnya karena justru part yang bikin saya nangis bombay malah part waktu Ibunya Justin harus pergi (tidak mau bilang kemana biar gak spoiler), tapi saya sesenggukan cukup lama di bagian ini. Lalu, saya juga ikutan marah waktu Emma tahu kebenaran tentang keluarganya, dan serta sayang banget sama Maddy karena terus ada buat Emma karena tahu Emma butuh Maddy, sahabatnya. Bagian berantemnya Emma dan Maddy juga menyenangkan buat dibaca karena realistis banget rasanya kaya baca cerita waktu lagi berantem sama sahabat sendiri.
Saya juga dibuat ikutan sayang sama adik-adiknya Justin, Alex yang punya ADHD, Sarah si remaja tanggung yang bisa dengan mudah dekat dengan Emma karena Emma tahu gimana rasanya berada di posisi Sarah, juga Chelsea, si bungsu empat tahun yang harus tiba-tiba kehilangan ibunya. Suka sekali sama refleksinya Justin tentang kasih sayang: “The best kind of love doesn’t happen on moonlit walks and romantic vacations. It happens in between the folds of everyday life. It’s not grand gestures that show how you feel, it’s all the little secret things you do to make her life better that you never tell her about”.
Sebagai pembaca dewasa, saya merasa porsi cerita dewasanya juga cukup, tidak berlebihan, dan penyelesaian masalahnya juga coba dilakukan dengan pas. Tidak memaksakan kalau sayang artinya harus barengan terus satu sama lain, serta gimana masing-masing orang, terutama Emma dan Justin menyelesaikan luka masa lalunya, membuat saya gak mau menyimpan buku ini sampai selesai. Suka deh baca buku romance yang konfliknya bukan miss-komunikasi berulang-ulang sepanjang buku.
Secara keseluruhan, buku ini bagus sekali! kalau kamu mencari romance yang adegannya tidak menye-menye dan ingin melihat bagaimana pemeran utamanya menyelesaikan masalah-masalah mereka dengan dewasa! saya sangat merekomendasikan buku ini!
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran.
Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...