|
Memandangi kelima wajah tercinta di desktop |
Bapak, bagiku adalah pahlawan no. 1 di dunia. Kami tak hidup senyaman ini beberapa tahun lalu, Jadi pedagang dan berbolak-balik ganti usaha, pindah rumah, mengontrak pada saudara sendiri, semuanya kami jalani. Kalau bukan karena Bapak yang sangat tegar dan tak pernah mengeluh menghadapi ini semua, saya tak yakin kami sekeluarga bisa menjalani hidup dengan mudah. Bapak juga sangat kuat, kuat hatinya kuat raganya, dulu kami sempat mengontrak di rumah tanpa fasilitas air bersih, bapak harus mengangsu air dari masjid dekat rumah saban malam, lelahnya, keringatnya, semuanya demi kami sekeluarga. itu Bapak. Pahlawanku No. 1.
Ibu, si cantik yang selalu menjadi pacar no.1 untukku. Tempat aku mengadu, mengeluh, berbagi kabar bahagia, penyemangat no. 1, motivator ulung walaupun tak mengerti teori motivasi ala motivator di tivi. Tempat aku bercerita tentang proses belajarku. Saya beruntung punya Ibu yang mendukung semua kegiatan positif walaupun kadang berat didana. Ketika tau saya belajar untuk menjadi lebih baik, ibu menyisikan uang tambahan untuk membeli jilbab dan rok baru agar saya makin kuat. agar saya merasa didukung. Ibu tempat saya belajar tentang arti cinta yang sebenarnya. Bukan cinta
klise ala remaja. Ibu tak pernah lelah mengurusi keempat anaknya. Semuanya ia berikan untuk kami. Ya, cintaku pada ibu bertambah besar dari hari ke hari. Ibu pacarku no. 1 didunia.
Bayu, adikku yang sekarang sedang dalam proses mencari jati diri. Kadang jadi sahabat yang paling dekat, kadang jadi musuh no.1 kadang jadi partner in crime yang paling gagah. Padanya selalu kuberikan yang bisa kuberikan sekarang : arahan, agar ia bisa jadi lelaki yang baik pada prosesnya. Bertanggung jawab, mencintai keluarga.
Siwi, adikku yang malasnya jangan ditanya. Selalu kena semprot ibu dan bapak, tukang merajuk dan lebih sering jadi partner berantem dari pada partner jalan. Ia memang masih labil, anak baru gede yang baru kenal seragam putih biru. Lebih senang main dengan teman dari pada menghabiskan waktu dengan keluarga. Tak apa, pada waktunya nanti, seperti saya, ia akan lebih merindukan Bapak dan ibu. Semua butuh proses bukan ? Toh dia masih senang belajar, masih senang membaca buku. Saya selalu berharap ia bisa menjadi lebih dari saya sekarang.
Dimas, adikku yang bungsu. Kerjanya sekarang selalu buat ulah, tapi kepadanyalah perhatian kami sekarang tercurah. Seseorang yang suaranya selalu aku tunggu tiap menelfon ibu. Ahh, rasanya sudah lama sekali tak bertemu, padahal empat bulan lalu kami selalu kemana-mana bersama, baru sehari lalu kami bertukar foto.
Kepada ketiga adikku ini kuberikan rasa sayang yang mendalam, amat dalam.
Dan kepada kelima orang-orang tersayang ini selalu kuselipkan doa usai sholat ku : "
Ya Allah, berikanlah selalu limpahan kasih dan sayangmu pada mereka, berikan mereka kesehatan, keimanan dan rezkimu. Buat kami bahagia di Dunia Ya Allah, dan pertemukan kembali kami di Surgamu. Amien"