Buku dengan genre misteri - iyamisu pertama yang saya baca: Confession.
Saya cukup suka cerita-cerita misteri, waktu SMP saya banyak membaca Detective Conan dan Petualangan Lima Sekawan karya Enid Blyton, berikutnya membaca buku-buku dan komik detective dan yaa, yang saya pikirkan genre misteri itu berkisaran disitu-situ aja. Paling yang lainnya lebih ke misteri - horror, seperti Jurnal Risa kali ya, yang sama sekali gak pernah mau saya baca karena: Saya penakut.
Eh kali ini kenalan lah saya dengan genre iyamisu ini, genre misteri yang lebih ke psikologi thriller, disebut iyamisu karena katanya kalau baca bikin kita berucap 'ewww' atau 'iyuh' dalam bahasa Jepang. Makanya disebut Iyamisu, dan kali ini saya baca karya Ratu Iyamisunya langsung: Minato Kanae.
--
Blurb ceritanya: Seorang guru kimia yang mengajar di SMP, yang juga walikelas, baru saja kehilangan anak satu-satunya yang baru berusia 4 tahun. Penyelidikan memutuskan kalau ini adalah kecelakaan yang terjadi karena anak terpeleset di kolam renang sekolah tempat sang ibu mengajar, tapi ibunya gak percaya dan dia yakin sekali kalau anaknya dibunuh oleh dua orang muridnya.
Setelah membaca satu bab pertama di buku ini, saya langsung paham kenapa bisa ada genre iyamisu, karena baca ini benar-benar kasih sensasi gak nyaman ke saya, apalagi ditambah konteks saya baru aja punya anak perempuan usia 4 bulan, baca buku ini disamping anak saya akhirnya bikin saya stop baca dulu dan ganti bacaan lain yang lebih manis. YA! Dampaknya bikin se gak nyaman itu.
Walaupun begitu, saya tetap gak tahan dan baca bukunya sampai tamat.
Di tiap babnya, kita akan diajak untuk lihat point of view dari masing-masing orang yang terlibat dalam kasus ini. Sang guru, murid-murid tertuduh pelaku, orang tua murid, ketua kelas dan kakak pelaku. Sepertinya dari semua point of view ini, yang aman ya membaca POV kakak pelaku saja :'), sisanya kita dibikin mikir "waduh, bisa ya manusia punya pikiran kaya gini.
Sesungguhnya, ketika saya baca buku fiksi, saya lebih memilih ingin menikmati saja, gak mau ambil 'pelajaran' atau 'nilai-nilai' terlalu serius, lebih ingin mendalami emosi dan perasaan tiap tokoh dan mengikuti alur yang disajikan penulis.
Tapi baca buku ini, mau ga mau bikin saya mencatat beberapa point pelajaran yang menurut saya penting dan ini sebetulnya amat sangat kontekstual dengan kondisi sosial masyarakat Asia.
It takes village to raise children
Jadi Ibu itu tugas yang berat. Kasus siswa A dan siswa B keduanya menceritakan hubungan rumit antara siswa tersebut dengan ibu mereka. Pada siswa A, ia mencari penerimaan sang ibu akan dirinya yang biasa-biasa saja. Siswa B, mencari perhatian yang tidak ia dapatkan setelah ayah dan ibunya berpisah. Walaupun tak ada satu kalimatpun yang menyalahkan Ibu mereka dibuku ini, tapi secara eksplisit saya rasa itulah yang akhirnya muncul. Berat sekali membayangkan penghakiman semua orang karena kita dianggap 'gagal' mendidik anak, padahal faktor seorang anak melakukan hal-hal diluar norma juga bisa jadi bukan hanya dari sosok ibu, tapi juga hilangnya sosok ayah (yang juga digambarkan disini), lingkungan-- gak hanya orang tua, semua punya peran penting dalam pembentukan karakter anak.
So it's true ya, lewat buku ini aku belajar kalau it takes village to raise children.
Aku harap teman-teman yang baca gak menitikberatkan kesalahan hanya karena hilangnya sosok ibu.
Jadi guru adalah tugas berat
Aku cukup kaget ketika siswa A, yang dituduh melakukan pembunuhan oleh guru, punya kekecewaan hanya karena ia merasa sang guru gak datang langsung ke tempat dia waktu sedang ada masalah, dan merasa si guru lebih memilih anaknya dibanding siswa A!
I mean!!! huuuhah, entah ini hormon anak SMP awal puber yang selalu merasa dirinya adalah center of the world atau gimana ya! tapi kan ya emang seharusnya dia mikir kalaupun gurunya pilih anaknya, itu adalah hal wajar toh! Agak kurang tepat rasanya ia mengharapkan ini dari gurunya, alih-alih keluarganya. Dan lagi, dia sebenarnya udah dijemput sama guru dari kelas lain. (di Bab 1 akan dijelaskan alasannya kenapa).
Jadi guru, mau di Jepang mau di Indonesia. Capek :'), terlalu banyak tuntutan sana sini. Nah tapi lebih capek lagi jadi guru SMP yang harus menghadapi emosi anak-anak baru puber. Ini alasan saya gak pernah mau ngajar anak SMP selama 5 tahun ngajar dan beberapa kali berkesempatan buat 'ngajar' anak-anak SMP.
--
Pada akhirnya saya malah mengulas ini dari sisi parenting dan pendidikan yaa :') tapi rasanya gak bisa enggak. Malam tadi saya tamat membaca buku kedua Minato Kanae yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia: PENANCE dan rasanya ulasan saya pada akhirnya juga akan kembali ke pendidikan dan parenting, karena itu relevan sekali dengan buku buku yang selama ini saya baca, plus pengalaman saya sebagai guru dan orang tua baru.
Bagi saya, buku ini bukan buku untuk semua orang, terutama orang tua yang mungkin punya balita ya. Gak semua orang sanggup membaca cerita-cerita seperti ini. Tapi kalau teman-teman cukup suka cerita misteri, boleh nih dicoba!
Oiya, saya juga membuat ulasan dalam bentuk video yang bisa teman-teman saksikan disini ya: