Sekilas tentang Ego is the Enemy
Ego is the Enemy bisa jadi salah satu buku pengembangan diri paling tenar belakangan ini, serunya sudah ada versi Bahasa Indonesianya juga. Saya baca buku ini di bulan Juni. Rasanya keputusan yang tepat baca buku ini sebelum kembali bekerja. Saya cuti cukup lama dan kembali bekerja di tempat yang sama, dengan tim yang sama, namun dengan tugas baru.
Seperti judulnya, buku ini membahas Ego~ sebagai sesuatu yang membahayakan. Membahayakan bagaimana? Ego cenderung membuat kita merasa lebih dari orang lain, tidak mau kalah dan merasa sombong. Ego adalah musuh di setiap langkah. Ambisi yg hanya berpusat pada diri sendiri.
Buku ini dibagi jadi tiga bagian:
1. Inspirasi
2. Kesuksesan
3. Kegagalan.
Dalam tiga bagian ini ego akan selalu ada dan siap menghancurkan kita. Yap bahkan saat Sukses sekalipun!
Sejujurnya buat saya pribadi hampir tiap bagian dalam buku ini amat amat penting untuk dibaca dan yaa~ beberapa mungkin bisa mulai bisa dipraktekkan di kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan kunci yg saya suka dari buku ini:
Teruslah menjadi pembelajar. Ketika belajar kita menyempatkan ego dan ambisi kita di tangan orang lain. Ketika berguru, kita meruntuhkan langit ego karena kita tahu ada orang yg lebih baik dari kita.
Oiya, buku ini juga menginatkan tentang penting juga untuk menerima feedback dari orang lain, banyak bekerja daripada bicara.
Ada bagian menarik juga tentang bagaimana kita perlu mengabaikan ego saat mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain. Buku ini menegaskan kalau perlakuan buruk tidak akan menurunkan kualitas kita, tapi kualitas mereka yang melakukan hal buruk tersebut. Abaikan kebisingan yang ada, karena kita tidak akan mungkin merubah sistem kecuali kita sudah sukses, karenanya ketika mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, cari cara agar sistem ditempat kita bisa tetap mencapai tujuan kita. Gunakan kesempatan ini untuk berkembang dan belajar dari orang lain. Karena kemampuan menahan diri adalah kunci.
Apa yg paling membuat saya tergugah sampai tidak nyaman karena bisa jadi saya pernah melakukannya?
Di bagian: strategi kanvas, penulis menjelaskan, kita kadang melihat ada "penghinaan" ketika kita melayani orang lain. Terdapat poin belajar dari bagian ini: di tempat baru, turunkan ego. Serap semua yg bisa kita Serap tanpa menghadang visi misi orang lain. Tapi bukan jadi penjilat ya.
Entah bagaimana bagian ini rasanya menampar saya karena yes, saya pernah berada di kondisi merasa diperbudak haha. Setidaknya beberapa kali, disatu kesempatan, keadaan ini membuat saya sampai cabut dari tempat bekerja saking tidak nyamannya.
Kalau dipikir-pikir saya jadi merasa ada yang salah ketika mengerjakan perintah orang lain, karena tidak adanya sistem yang jelas di tempat bekerja saya dulu, setelahnya saya mencari tempat bekerja yang lebih jelas dan tersistem, mana atasan mana bawahan, kepada siapa harus bertanggung jawab atas apa yang saya kerjakan, kepada siapa saya bisa meminta bimbingan dan kepada siapa saya harus menjadi mentor yang juga bertanggung jawab.
Di tempat kerja yang sistemnya jelas, ketika kejadian merasa diperbudak tadi, saya cenderung bisa menahan diri karena saya cukup tau kondisi dan kedudukan saya. Kalau memang saya gak kuat, ya saya tinggal cabut juga. Tapi saya bertahan karena kondisi tersebut bisa dirubah dan saran dari saya selaku bawahan masih banyak didengar.
Membantu diri dengan membantu orang lain. Terdengar mudah tapi sebetulnya susah. Paling mudah yaaa ngeluh dan berpikir "duh aku sedang diperbudak nih", dari pada fokus pada apa yg bisa kita bantu.
Jadi berkaca apakah saya orang yang egois?
Overall saya sukaaaa sama buku ini, dan sepertinya berencana beli buku fisiknya, ini saya baca di gramdig. Tapi ada juga poin saya kurang setuju haha. Nah tapi ketika tidak setuju itu malah di-challenge sebenarnya: tuh kan, ego kamu yg main disini kan? Hahaaa
Seru dan mencerahkan! Saya merekomendasikan teman-teman untuk membaca buku ini dalam keadaan apapun. Kalau banyak tidak setujunya dengan buku ini, atau ada bagian yang tidak sepakat betul, ya bisa refleksi tipis-tipis seperti saya tadi. Ini tidak setujunya dilandasi pendapat yang cukup objektif, atau sebetulnya kita tersentil dan tidak terima dibilang egois :)
Informasi Buku
Judul: Ego is the Enemy
Penulis: Ryan Holiday
ISBN: 9786020496481
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tanggal Terbit: Mei 2019
Jumlah Halaman: 304 Halaman
Genre: Pengembangan Diri
Harga: 99.800 (fisik) 93.500 (eBook Gramedia) 169.000 (eBook Google Playbook - English)
Tersedia di Gramedia Digital (Baca Gratis bila berlangganan)