Kita gampang sekali terpengaruh oleh Media Sosial bukan?
Kurang lebih salah satu bagian dibuku ini bilang begitu, dan tebak, saya baca buku ini karena apa? Ya Karena terpengaruh lihat di medsos juga (hehe). Tentu saya terpengaruh oleh Media Sosial bisa jadi baik dan bisa jadi buruk. Untuk urusan membaca buku, saya mau masukkan hal tersebut sebagai pengaruh baik, makanya saya banyak sekali mengikuti akun pembaca atau bookstagramer di Medsos, agar saya juga ikut terpacu menyelesaikan daftar bacaan saya dibanding melanjutkan scrolling di Instagram.
Buku ini adalah buku kompilasi refleksi tentang kegagalan dari beberapa sosok, beberapa mungkin kita kenal karena sering wara-wiri di TV, Instagram atau timeline twitter kita, beberapa baru saya dengar kali ini namanya. Sebetulnya Greatmind mengeluarkan dua buku yang sepaket (kayanya ya, soalnya covernya senada), satu Failure ini refleksi tentang kegagalan, satu lagi Grateful, catatan tentang rasa bersyukur. Tapi saya pilih baca yang ini dulu karena rasanya sedang lebih dibutuhkan.
Refleksi tentang kegagalan dari tokoh-tokoh di buku ini bisa jadi sangat relate dengan kisah kita, bisa jadi sangat jauh. Merasa gagal tentang pernikahan misalnya, mungkin rasanya gak masuk sama teman-teman yang belum menikah, tapi saya rasa tetap layak dibaca. Kunyah yang bisa dikunyah, sisanya bisa dibaca lagi dikemudian hari ketika kita memang sedang butuh untuk baca lagi.
Ada beberapa catatan dari buku ini yang saya suka, salah satunya catatan dr. Jiemi Ardian tentang "MUSTERBATION", terminologi dalam teori kognitif yang diwakili dengan kata "seharusnya", "pokoknya", yang memberi beban pada diri kita untuk membuat semua jadi harus sempurna. Kombinasi antara ambisius dan perfectionist yang mengharuskan kita sukses, bisa jadi membuat kita kontraproduktif, alih-alih kita malah membuat 'Tyranny of the should'.
Aristoteles pernah bilang, Bahagia mensyaratkan adanya pertumbuhan, bukan datang dari kesempurnaan. Kegagalan bisa jadi bagian dari pertumbuhan.
Selain catatan dr. Jiemi, ada juga catatan Shevani Thalia tentang Resilience, sebuah kata yang terus berdengung belakangan terutama untuk saya yang masih sering baca-baca buku parenting, goals pengasuhan orang tua di abad 21 salah satunya adalah mendidik anak dengan bekal resiliensi yang tinggi. Mereka yang punya resiliensi tinggi, paham bahwa tidak semua hal bisa dikendalikan, menjadi lebih bisa berlapang dada dan menerima kegagalan sebagai sebuah proses.
Editorial Greatmind juga menambahkan tentang peran Media Sosial dalam membentuk pola berpikir kita tentang kegagalan. Kita disuguhkan dengan beragam hal-hal mentereng dan achievement, a looooot of other's achievement di Media Sosial, saking banyaknya sampai kita takut gagal karena semua orang terlihat berhasil, padahal untuk satu keberhasilan yang dibagikan di media sosial, mungkin ada puluhan kegagalan yang telah dilewati, hal ini yang membuat orang takut gagal, karena rasa malu ketika gagal tadi.
Kalau ditanya apakah saya jadi ikut merefleksikan kegagalan-kegagalan saya selama ini setelah membaca buku ini? Hmmmm, rasanya beberapa tahun terakhir saya memang belajar berdamai dengan kegagalan, saya belajar untuk tidak menyesali pilihan-pilihan yang saya ambil walaupun itu berakhir membuat saya terlihat seperti 'orang gagal'. Saya percaya pada akhirnya kegagalan-kegagalan ini adalah proses yang membuat saya seperti sekarang. Bukaaaan, bukaaan saya yang sukses banyak uang, bisa traveling keliling dunia atau kuliah di luar negeri hahaaa (amiiin semoga bisa juga yaa), tapi saya yang bisa melepaskan hal-hal yang memang tidak bisa saya kendalikan. Saya yang walau masih sering marah-marah tapi bisa ambil jeda dan napas sejenak lalu coba untuk meluruskan pikiran. Saya rasa ini mahal harganya. Belum tentu bisa dibeli dengan kelas paling mahal sekalipun karena arena latihannya adalah kehidupan nyata. Dan untuk itu saya amat sangat bersyukur.
Buku Failure bisa dibeli di Gramedia dan tersedia juga di Gramedia Digital.
Selamat membaca semuanya!