Hai! Tulisan ini adalah refleksi kami selama berkebun di atas rooftop sejak Januari 2020 hingga sekarang. Kalau dihitung banyakan panen atau gagalnya, tentu banyak gagalnya. Apalagi diawal masa memulai huaduuuuh, sumber pengetahuan terbatas, youtube dan instagram pun biasanya jadi kunci. Namun tetap ada banyak hal yang baru kami ketahui setelah bertanya pada ahli dan mencoba sendiri di rooftop kami.
Kami selalu yakin, tiap kebun perlu perlakuan yang berbeda, seperti halnya manusia yang punya ciri khas dan keunikan masing-masing, begitu juga kebun dan tanaman. Kondisi matahari, tanah, bibit, benih, air dan banyak hal-hal yang amat membutuhkan perlakuan berbeda walaupun pada dasarnya semua kebun (terutama rooftop) kebutuhan dasarnya sama.
Jadi berikut beberapa hal yang kami harap kami ketahui sebelum memulai sebuah kebun:
1. Media tanam yang bagus adalah kunci
Kebanyakan pekebun pemula! Kami salah satunya memulai dari bibit haha! jika ingin berkebun berarti harus beli bibitnya, harus punya benihnya, well gak salah sih. Tapi beberapa bulan mencoba berkebun kami paham betul bahwa sesungguhnya penentu keberhasilan kebun kami adalah media tanam yang baik.
Jadi ceritanya ada garden bed kami yang tanahnya semuanya berasal dari kompos kami (ditambah sekam bakar & pupuk kandang). Padahal tinggi bedeng ini tidak sampai 10 cm! tapi tanaman tumbuh amat subur dan berbuah. Ada satu lagi garden bed yang lebih tinggi, lebih lebar, tapi pertumbuhan tanamannya tak lebih baik dari bedeng yang isinya hanya tanah tanpa kompos padahal kami tambah sekam bakar dan pupuk kandang juga.
Semenjak menyadari perbedaan ini, kami makin rajin mengkompos di rooftop, bisa dibilang kami tak pernah lagi membuang sampai organik yang bisa masuk komposter. Butuh setidaknya tiga bulan berkebun bagi kami untuk menyadari hal ini hehe.
2. Ada tanaman yang butuh sinar matahari penuh dan ada yang tidak.
Nah kalau bagian ini baru saya sadari setelah banyak ngobrol sama Bu Nana dari Bandung Permaculture. Kuncinya simple, tanaman yang berbuah dari bunganya (contoh kacang panjang, tomat, jagung) butuh banyak sinar matahari. Seharian kena sinar matahari pun mereka gak akan kebakar.
Tapi ada beberapa tanaman yang tidak butuh sinar matahari banyak-banyak, terutama tanama yang dikonsumsi daunya saja, tidak melalui proses pembuahan. Jadi awalnya kami menanam bayam di bed yang sinar mataharinya penuh hahaaa, ga ada yang jadi. wkkk bisa jadi ada pengaruh lain juga, tapi ya dari awal salah penempatan lokasi tanam.
3. Menanam Tanaman Perenial/Bienial terlebih dahulu
Nah ini juga ilmu dari Bandung Permaculture. Saya baru tahu istilah perenial, Bienial dan Anual waktu recording podcast untuk Hayu Maca.
Apa sih Perenial, Bienial & Anual ini:
Perenial: Tanaman yang sekali ditanam bisa dinikmati terus menerus, sampai tanamannya yang mati. Bisa berpuluh-puluh tahun. Contoh Tanaman Buah, dan beberapa jenis tanaman sayur: Binahong, Ginseng Jawa dan Kenikir
Bienial: Tanaman yang sekali ditanam bisa dipanen beberapa kali. Ada yang beberapa kali masa panen, ada yang beberapa tahun. Contoh: Cabai, tomat, kacang-kacangan.
Anual: Tanaman yang sekali ditanam, langsung di panen daaaan that's it. Ini adalah semua tanaman yang kami tanam di awal mencoba berkebun. Mulai dari Bayam, kangkung, pakcoy, caisim, selada, lobak hihiiii
Nah, ternyata menanam perenial/bienial terlebih dahulu ini multi fungsi. Satu agar kebun kita tidak dihinggapi bayak hama. Kalaupun ada hama, mereka akan bingung karena banyak tanaman tersedia di kebun.
Tapi tentu tujuan menananm perenial/bienial ini berfungsi mengurangi sakit hati hahaaa.
Nanam anual sekali, ditunggu tiap hari, panen dan hufff harus mengulang dari awal.
Jadi ga boleh nanam anual ?
Boleh dong. Sekarang kami menanam kangkung, tapi ya itu, diselingi sama perenial dan bienial, jadi gak hanya menunggu satu jenis tanaman untuk tumbuh dan kebun gak langsung kosong.
Kebetulan di rooftop aplikasi perenial agak susah karena kami sulit menanam tanaman buah. Jadinya kami tanam sayur perenial seperti kelor, ginseng jawa dan binahong. Kemarin baru coba minta bibit marqisa siapa tau bisa jadi perenial tambahan di rooftop kami.
4. Coba aja dulu, Coba aja terus!
Berkebun ini proses. And process is always messy.
Beneran deh, berkebun itu banyakan gagalnya daripada suksesnya. Apalagi awal-awal gini.
Tapi balik lagi ke tujuan kita berkebun untuk apa.
Saya dan Mas Har menganggap berkebun sebagai kegiatan therapeutic. Kami tidak membuat banyak target tentang panen dan keberhasilan. Target kami adalah kebun bisa jadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi ketika kami amat lelah seharian bekerja. Jadinya kami belajar banyak hal agar kebun semakin meyenangkan juga.
Coba hal B ketika A tidak berhasil, jangan lupa belajar dan bertanya ke orang yang lebih berpengalaman. Semenjak pandemi, makin banyak sarana belajar berkebun di internet. Instagram, youtube makin ramai semua.
Kami harap ini tidak berakhir setelah pandemi ini usai. :)
Itu 4 hal yang kami harap kami ketahui ketika memulai berkebun teman-teman!
Kalian punya versi kalian sendiri?
Yuk share!
Semangat berkebun!!
Cimahi, 26 Juni 2020
Asri <3