Sore kemarin saya janjian dengan Ratna, teman kecil saya, minta ditemani keliling cimahi jalan kaki. Tapi kami bingung menentukan destinasi, akhirnya Ratna mengajak saya ke pemkot Cimahi di daerah Cihanjuang. Kami tak benar-benar jalan kaki, dari rumah saya di Kebonsari kami naik angkot jurusan parompong, turun di depan jalan ke arah pemkot. dari sana baru trip sore ini dimulai.
|
pemandangan dari atas jembatan pemkot |
Jalan ke daerah Cihanjuang benar-benar mengingatkan saya pada masa SMA, bukan karena jalan didaerah pemkot, tapi dibawah jembatan terlihat sport centre yang biasa saya datangi bersama Kinan, kadang dengan Opik dan Devi (I miss you guys so much!). Dari atas jembatan pemkot terlihat jelas sawah yang masih tersisa di daerah ini, juga susunan bangunan yang tak beraturan, beberapa rombongan anak SMP lewat mengingatkan saya dan Ratna tentang kehidupan SMP kami yang benar-benar ababil. Tertawa mengingatnya mengingatkan saya tentang usia yang kini telah jauh dari saat-saat itu.
Dari sini kami jalan terus, ada pasar jajanan tiap sore disini, jajanannya beragam mulai dari seblak pedas, surabi, es kelapa ada juga bakso dan mie ayam. Lumayan ramai sore disini, tapi kami memutuskan untuk lanjut, mencari makan ditempat lain. Belok ke kiri sebenarnya kami tak tahu akan berujung dimana, tapi toh masih di Cimahi, senyasar-nyasarnya pasti masih bisa jalan sampai rumah. ternyata kami keluar di tagog, karena sudah kadung disini kami melanjutkan perjalanan ke arah Ramayana Cimahi. Bukan untuk belanja, tapi makan mie ayam di samping Ramayana. By the way Ramayana Cimahi juga menyimpan cerita untuk kami, dulu tempat perbelanjaan terbesar (baca : mall ) di Cimahi menurut kami adalah Ramayana. Sebelum adanya Cimahi Mall tempat ini ramai sekali. Sekarang juga masih ramai tapi tak seperti dulu.
|
Monumen (?) sepeda di alun-alun |
|
Gandawijaya disore hari |
|
Dari atas jembatan penyebrangan |
Usai makan kami lanjut ke Alun-alun, cuma beberapa meter dari ramayana, sudah gelap karena begitu kami sampai adzan magrib terdengar, banyak yang masih asyik bermain disini, ada komunitas skateboarder yang sedang berlatih, anak-anak SD yang sedang bermain bola. Sayang tak ada lampu yang menyala. Kami melanjutkan city tour kami ke gandawijaya, seperti biasa padat sekali jalan rayanya, susah sekali meyebrang di jalanan ini. Disini yang paling asyik, di ujung jalan kami mencicipi susu murni di dekat toko mainan boy, nama penjualnya pak Ibnu, kami mengobrol banyak, dari yang ia ceritakan kami tahu ia baru beberapa bulan berjualan susu murni asli dari cisarua, ia menceritakan susu murni yang ia jual bukan sekedar susu perasan, "susu yang baru diperas langsung dibawa ke lab, dipastikan layak minum atau tidak, karena belum tentu susu peras semuanya baik" katanya.
|
Pa Ibnu dan susu murninya |
Pak ibnu menjual sekitar 15 - 20 liter susu murni setiap harinya, paginya ia berjualan di sekolah-sekolah, malamnya di gandawijaya. Harga perporsinya cuma tiga ribu rupiah untuk susu murni dan susu murni berasa (strawberry, vanila, durian, melon, dll) ada juga susu murni yang ditambah jahe, madu, atau telur. Ia banyak bercerita tak hanya tentang susu, tapi juga tentang asalnya, pak Ibnu, seperti banyak pendatang di Cimahi, sudah pernah mencoba peruntungan di tempat lain, ia berasal dari Kediri dan pernah menjajal bisnis kayu di Surabaya. Dulu bisnisnya sukses sekali, punya mobil, rumah, bahkan beberapa istri. tapi sayang krisis global pada tahun 2008 membuat bisnisnya bangkrut, semuanya hilang, yang tersisa hanya hutang. Akhirnya ia mencoba peruntungan di Cimahi bersama seorang istrinya yang setia menemani walaupun tak berada di masa jaya lagi, berjualan susu murni. Selain bercerita tentang hidupnya Pak Ibnu juga banyak bercerita tentang sejarah, kebanyakan sejarah Jawa dan Sunda. Favoritnya adalah kisah putri kerajaan sunda yang dikejar tentara kerajaan majapahit dan membuat ia bersumpah tak akan menikahi raja Majapahit setelah akhirnya bunuh diri.
Benar-benar obrolan yang menarik dengan pak Ibnu, tapi waktu beranjak, sudah setengah delapan ketika kami melirik jam, kamipun menyudahi obrolan kami, mungkin nanti kami akan kembali lagi minum susu murni pak Ibnu sambil mengobrol diiringi lalu kendaraan di jalan gandawijaya.