Setelah kampanye yang dimulai sejak Agustus lalu, di Bulan November ini Rumah Baca Sahabat Gunung Ampera resmi dibuka :)
Rasanya bahagia sekali melihat anak-anak berebut membaca buku dan setelah mengambil buku pilihan mereka, mereka anteng tak menghiraukan keberadaan saya. Buku-buku diatas juga sekarang sudah semakin banyak, kabar baik untuk desa seperti Ampera yang semangat baca anak-anaknya tinggi tapi tidak memiliki perpustakaan desa dan baru akan memiliki perpustakaan sekolah.
Terimakasih untuk semua pihak yang telah terlibat !
Jika kamu ingin menyumbangkan buku untuk Rumah Baca di Ampera dan Rumah Baca lainnya di Pagimana atau Banggai, silakan kirim melalui alamat dibawah ini ya :)
alamat pengiriman buku :
Buku Untuk Pagimana/Babasal Mombasa
Jl. Tgl Jepara 39a. Kelurahan Keraton
Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai
Provinsi Sulawesi Tengah 94715
(Ama 0821-8921-9577)
H-25 sebelum pulang.
Sejak September lalu, saya dan teman-teman sudah sibuk bersiap, waktu kami tak lama lagi di Banggai. Ada banyak orang-orang baik yang perlu dipamiti namun tak mau kami pulang hanya dengan berucap terimakasih atas 12 purnama yang indah. Ingin kami pamit dengan meninggalkan sesuatu yang tak hanya indah namun berguna bagi mereka setelah kami purna tugas.
Kepada penggerak-penggerak pendidikan, para pahlawan yang tak berjubah sebagai guru namun memiliki rasa peduli yang amat tinggi untuk masa depan Banggai, kami tinggalkan sebuah cerita, camp penggerak Banggai 2017.
Kepada anak-anak di sekolah yang amat kami cintai, kami ajak mereka menyelami asyiknya berlajar sambil bermain, mengadakan Kegiatan Belajar dan Bermain (KBB) di delapan desa penempatan awalnya terdengat amat menyulitkan dengan sisa waktu yang tersisa, namun kami tak pernah sendiri, hadir kembali para penggerak pendidikan, penggerak di desa, bantuan kepala sekolah dan guru membuat KBB terlaksana dengan baik, meninggalkan cerita yang manis bagi anak-anak, penggerak dan tentu saja bagi kami.
Terakhir kepada pada para pahlawan di depan kelas, guru-guru di Kabupaten Banggai, ingin sekali kami pamit dengan cara yang tak biasa, bukan hanya dengan bersalaman sambil mengucap janji akan bertukar kabar. Karena itu dirancanglah sebuah program keberlanjutan yang melibatkan guru-guru hebat di Kabupaten ini. Sayangnya rencana ini tak bisa terlaksana karena ternyata merencanakan program bersama pemerintah daerah tak semudah membalikkan telapak tangan :), kabar baiknya walaupun rencana program keberlanjutan ini tak bisa dilaksanakan di tahun terakhir penempatan Indonesia Mengajar Banggai, beberapa orang yang terpapar akan sangat mungkin melanjutkan program ini dikemudian hari.
Tapi tak ada guna menunggu sesuatu yang tak pasti bukan ?
Sisa seminggu sebelum keliling pamit ke semua desa penempatan akhirnya kami gunakan untuk keliling beberapa kecamatan untuk pamit sekaligus saling berbagi ilmu terkait pendidikan dan pembelajaran pada anak.
Salah satu kecamatan yang terlibat adalah kecamatan penempatan saya, Pagimana.
Senang sekali rasanya melihat antusias Bu Elmy, kepala UPT Pendidikan saat ini dan para guru yang hadir hari itu. Semangat mereka untuk memetik ilmu dari anak kemarin sore seperti kami berdelapan amat besar. Padahal kalau dipikir-pikir mereka pasti punya pengalaman mengajar jauh lebih banyak dari kami, namun pertanyaan demi pertanyaan terus dilontarkan oleh bapak ibu guru yang hadir.
Salah seorang guru juga membantu kami menjelaskan tentang disiplin positif melalui sebuah lagu lama yang tak kami tahu namun bisa ikut dinyanyikan bapak ibu guru lainnya.
SERU !
Seru rasanya bisa pamit dengan cara ini.
Sekarang saya dan teman-teman tengah menghitung hari-hari yang tersisa di Banggai. Menyiapkan hati karena akan berpisah dengan tanah yang amat indah, anak-anak yang akan amat sangat dirindu, teman dan sahabat baru yang begitu menyenangkan dan tentu menyiapkan diri karena sebentar lagi kami tak akan sama-sama berdelapan mengarungi kehidupan :').
Ah, rasanya saya belum siap !
Catatan terlambat mengenai Kelas Inspirasi Banggai #4
25 September 2017 lalu saya bertugas menjadi fasilitator Kelas Inspirasi di Kelas Inspirasi Banggai (KIB) 4 yang dilaksanakan di kecamatan tempat saya bertugas, Pagimana. Saya bertugas di desa yang kata orang-orang merupakan desa terpadat di dunia, saya sendiri kaget loh pertama kali melihat Jayabakti, desa semungil ini bisa ditinggali ribuan jiwa, SD nya saja sampai ada tiga dengan jumlah siswa yang fantastis, tempat saya dan menjadi fasil, SDN 02 Jayabakti, menjadi sekolah untuk 370-an siswa. WOW kan !!
Fotonya sampai gak bisa masuk frame semua saking banyaknya siswa
Kelas Inspirasi kali ini adalah kelas inspirasi pertama saya, sebelumnya saya tak pernah terlibat di gerakan turunan Indonesia Mengajar ini. Di Banggai, Kelas Inspirasi dikelola oleh teman-teman dari komunitas Relawan OKE, setahun sekali mereka memilih kecamatan yang berbeda untuk tempat pelaksanaan KI. Singkatnya KI adalah gerakan bagi para profesional untuk cuti sehari dan mengajar di kelas. Syarat untuk menjadi Inspiratornya minimal bekerja dibidangnya selama dua tahun.
Seluruh warga SDN 02 Jayabakti, mulai dari kepala sekolah, guru, siswa hingga orang tua siswa sangat semangat menyambut Kelas Inspirasi kali ini. Mereka kedatangan 4 Inpirator luar biasa, ada dr. Lucy dari Jakarta, ada Kak Ama Achmad, penulis hits dari Luwuk, Kak Syamsul Alam yang bekerja di perusahaan kontraktor dan Kak Hesty yang bekerja sebagai legal officer di perusahaan perkebunan swasta di Luwuk. Mereka berempat bergantian masuk ke kelas-kelas untuk mengenalkan profesi mereka. Oh iya, ada juga kak Fredy Edwin yang bekerja di AirNav Luwuk, ia hadir sebagai relawan dokumentator, kakak keren dibalik foto-foto yang saya unggah kali ini. Saya juga tak sendiri menjadi Fasilitator disini, ada Kak Dwi Wahyu, Dosen imut dari fakultas kesehatan masyarakat Universitas Tompotika dan kak Andri, penyiar radio BlasmaOne yang HITZ di Luwuk.
Baik Inspirator, dokumentator dan fasilitator semuanya merasa tertular energi positif dari anak-anak di hari itu, saking semangatnya anak-anak kami sampai merasa kewalahan loh ! haha ini untuk pertama kalinya saya meng-handle anak-anak sebanyak ini.
Ini saya ngajarin nyanyi kaya ngajak ribut ya :P
Saya sempat bercakap-cakap dengan kepala sekolah SDN 02 Jayabakti mengenai kondisi anak-anak yang kebanyakan merupakan peranakan suku Bajo ini, sering tersiar kabar bahwa anak-anak Jayabakti, walaupun jaraknya dari ibukota kecamatan Pagimana, namun pergaulannya amat sangat berbeda, banyak dari mereka (terutama perempuan) yang putus sekolah di usia muda dan kemudian menikah, anak-anak ini juga jarang sekali yang merantau, seperti kebanyakan orang-orang bajo, mereka lebih nyaman tinggal di dekat laut.
Kelas Inspirasi di sekolah ini diharapkan dapat membuka cakrawala baru bagi anak-anak, orang tua dan warga di Jayabakti. Ada banyak jenis perkejaan di luar sana, semuanya bisa dicapai jika kita bersungguh-sungguh mengejarnya. Semoga kehadiran para Inspirator bisa membantu mereka merajut asa baru.
Setelah Kelas Inpirasi kali ini, saya jadi tertarik sekali ingin bergabung di Kelas Inspirasi lainnya, mungkin di Bandung atau kota lainnya.
Kamu sudah pernah ikut Kelas Inspirasi ? Jika belum dan tertarik ingin bergabung sila buka websitenya ya : www.kelasinpirasi.org .
Salam Hangat,
Fasilitator Kondang SDN 02 Jayabakti.
Bu Asri
dr Lucy
Kak Ama mengenalkan profesi Penulis
Kak Hesty sang legal officer
Kak Alam membawa gambar alat berat
Terimakasih atas sehari yang berharga Kids !!
Belakangan ini saya banyak menghabiskan waktu di luar desa Ampera. Tepatnya tiga bulan terakhir bertugas sebagai pengajar muda tahun terakhir di Kabupaten Banggai, waktu saya dan teman-teman memang habis di jalan dan berkegiatan di satu tempat ke tempat lain.
Jadilah saya banyak kehilangan moment bersama anak-anak. Saya sempat punya ketakutan tidak dirindukan mereka ketika pulang ke desa dan kembali mengajar di sekolah saking lamanya saya pergi.
Dan benar saja T.T, bukan tidak dirindukan sih, tapi anak-anak kagok sekali ketika melihat kembali ibu gurunya kembali pulang, mereka malu-malu, sampai istirahat siang baru mereka terbiasa dan main peluk tanpa ragu. Beberapa kembali berebut meminta saya masuk ke kelasnya.
------
Aaaah. Belum pulang sudah baper nih kids !
Tinggal sebulan lagi waktu di penempatan dan hanya beberapa kesempatan saja yang bisa kita lewati bersama-sama nanti. Semoga waktu-waktu yang sedikit itu bisa menjadi waktu yang berharga untuk kita semua ya.
Bu Asri rindu kalian !
Padahal Bu Asri masih di Luwuk dan baru beberapa hari lalu bertemu kalian. Bagaimana jadinya kalau Bu Asri pulang ke Cimahi ?
Difoto Pak Nyoman
Saya selalu merasa senang tiap mampir atau main atau menginap di desa penempatan Bu Iin di Masama. Selain pemandangan perjalanan yang sangat indah, keluarga hostfam yang sangat menyenangkan, Bu In juga dianugerahi anak-anak yang selalu ramah menerima orang baru.
Sabtu, 16 September 2017 lalu Pengajar Muda Kab. Banggai dan beberapa penggerak pendidikan di Kabupaten Banggai datang ke Desa Tompotika Makmur untuk mengadakan Kegiatan Belajar dan Bermain.
Kegiatan ini mengadopsi kegiatan yang kami lakukan ketika berada di Camp Pelatihan Indonesia Mengajar lalu. Kami membagi diri kedalam enam pos, mulai dari pos budaya lokal, pos keliling nusantara, pos bermain angka, pos merangkai kata, pos eksperimen hingga pos Badan Sehat Badan Kuat.
Saya dan anak-anak TU
KBB merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka IM Minsule atau IM pamit (dalam bahasa Saluan). Mengingat waktu kepulangan kami tinggal menunggu minggu (10 Minggu lagi tepatnya) sekaligus ajang safari ke desa sambil melakukan kegiatan yang harapannya bisa diadopsi kembali oleh penggerak yang ikut kegiatan kami.
Bu Indah di Laboratorium dadakan
Anak-anak di Pos Bermain Angka
Pak Timor dan Pak Nyoman memimpin senam
Buat saya pribadi, kegiatan ini menyenangkan sekali dilakukan karena kita bisa mengenalkan metode pembelajaran yang kreatif bagi guru sekaligus ajang untuk kenalan sama anak-anak di sekolah teman-teman lain yang biasanya hanya kita dengar lewat cerita.
Oh iya, di Rumah Bu In, kami juga merecoki lemari Pak Nyoman dan Bu Made, teman-teman sibuk memilih baju bali yang ingin mereka kenakan di hari KBB, hasilnya mantapss sih, seperti halnya orang bali yang selalu terlihat berkarisma ketika mengenakan pakaian adatnya, merekapun demikian. :P
Pak Hari pakai baju bali
Masih ada 7 Sekolah penempatan yang akan kami datangi. Kalau kamu kebetulan tinggal di Luwuk atau Kab. Banggai dan sekitarnya, tertarik untuk bergabung. Hubungi saya atau teman-teman Pengajar Muda Banggai ya. Email me at asrisudarmiyanti@gmail.com. :)
Saya sering sekali membawa gitar ke sekolah walaupun tidak ada pelajaran seni musik hari itu, ini semacam kebiasaan sejak saya mengajar di PRIMA dulu, tapi kalau di Prima, karena rumah saya jauh saya biasanya hanya membawa gitar di hari Jum'at. Now that I can walk in 3 minutes from home to school, ditambah anak-anak yang selalu siap sedia membantu membawakan apapun barang bawaan Bu Asri, saya hampir setiap hari membawa gitar ke sekolah.
Satu hal yang perlu disimak sebelum melanjutkan membaca Tuan dan Nona : Saya ga jago main gitar, saya hanya bisa memainkan kunci dasar, bahkan sampai hari ini saya masih bingung ngegenjreng kunci B. Tapi saya suka sekali mengiringi anak-anak bernyanyi dengan gitar di tangan saya dan Tuan dan Nona menjadikan bermain gitar sebagai skill penunjang sebagai guru di sekolah, bisa kunci dasar pun sudah super wow loh. Ini yang akan saya ceritakan.
Anak-anak di Ampera suka sekali menyanyi, sukaaaa sekali, plus mereka juga suka bergoyang, jadi tiap kali saya mengajarkan sebuah lagu baru, baik lagu daerah, lagu nasional, lagu anak-anak atau bahkan lagu gubahan untuk menghapalkan materi pelajaran, mereka cepat sekali menghapalkan lagu tersebut.
Jadilah saya sering memasukkan gitar sebagai media pembelajaran di beragam mata pelajaran. Di Kelas 5 kami pernah membuat lagu untuk menghapalkan materi sistem pernapasan pada manusia, begitu genjreng anak-anak pasti langsung bernyanyi. Bahkan setelah seminggu kemudian saya sudah lupa bagaimana liriknya, anak-anak masih hapal.
Di kelas 3 saya pernah menjadikan gitar untuk media pembelajaran di pelajaran Bahasa Indonesia, kami membuat mini drama, dimana anak-anak harus berperan mengikuti lirik sebuah lagu dan mengikuti arahan musik dari saya dan teman-teman mereka lainnya yang menyanyi. Anak-anak kelas 3 bilang ini namanya "Bermain", jadi kalau saya sedang free dari mengajar kelas lain, mereka sering memanggil saya untuk bilang, "Buk, Intah Bermain dengan torang". Mereka tidak merasa kalau sebenarnya mereka sedang belajar bahasa. It's okay, semakin merasa bermain, semakin bagus.
Pernah pula saya mengajak anak-anak untuk melakukan Sing Battle, membagi dua kelompok, tiapkelompok harus membalas dengan lagu daerah yang berbeda. Serukah ? Seru sekali !! tak diminta menari pun mereka menari sendiri, tak diminta membuat gerakan macam-macampun, mereka bergoyang dengan asyiknya. Nah, si gitar ini berperan untuk membuat mereka menjadi lebih lepas ketika bernyanyi, mereka merasa senang juga karena diiringi ketika bernyanyi. Saya seperti saya yang selalu senang ketika Bayu mengiringi saya menyanyi dengan gitarnya.
Sebegitu serunya kah membawa gitar ke dalam kelas ?
IYAAAAAA !!!!
Kalau kamu berencana menjadi guru, bisa bermain alat musik, tak harus gitar sih, adalah nilai plus ! Anak-anak kelas rendah suka sekali mendengarkan instrumen musik dan bisa main gitar dengan hanya menguasai kunci-kunci dasarpun sudah lebih dari cukup untuk merebut hati dan perhatian mereka. Ada banyak penelitian tentang bagaimana musik mempengaruhi siswa dalam belajar, kamu cukup mencari "How music empowering stundents" dan akan ada banyak yang bisa kamu pelajari bagaimana anak-anak belajar lebih mudah dengan menggunakan musik.
Nanti saya akan upload video kami sedang belajar dengan menggunakan gitar yaa, saya sendiri masih punya PR harus bisa nge-tune gitar, karena sampai sekarang belum bisa dan selalu minta tolong orang lain :D, untung di sekolah ada pak Abi, di Prima dulu saya selalu minta tolong Pak Donny. Hehe.
Setelah membaca ini sampai selesai malam ini. Jadi paham kenapa Allah bilang kalau Kisah Yusuf ini salah satu kisah terbaik dalam Quran.
Ada terlalu banyak pelajaran berharga dari kisah Yusuf. Dr. Yasir Qadhi mengawali buku ini dg sebab...