Ini pertanyaan yang agak unik karena awalnya saya kira saya akan menjawab dengan posession. Entah itu barang atau orang-orang yang saya sayangi dan saya merasa memiliki mereka.
Tapi setelah memikirkan baik-baik, rasanya bukan itu tiga hal penting yang tanpanya saya tak bisa hidup. Saya cukup percaya dengan sebuah konsep kepemilikan dalam Islam. Bahwasanya semua hal yang kita miliki saat ini, sesungguhnya adalah titipan, Tuhan bisa ambil itu kapan saja. Ini menjadikan seseorang yang mempercayai konsep ini kemudian memiliki sikap untuk tidak mencintai sesuatu secara berlebihan, tidak menimbun kekayaan secara berlebihan, tidak berlarut-larut dalam bersedih ketika kehilangan.
Saya tentu saja belum sepenuhnya menjalani sikap hidup tersebut 100% dalam hidup saya. Ada kalanya saya menimbun barang berlebihan (biasanya buku), ada kalanya saya bersedih ketika barang saya hilang (atau buku saya tak dikembalikan), tapi saya percaya bahwa semua hal yang ada di Bumi, yang melekat pada diri saya atau tidak, itu milik Tuhan.
Jadi tiga hal yang tanpanya aku gak bisa hidup, rasanya adalah tiga hal berikut:
Mind
Kemarin sebelum tidur, saya membaca sebuah Novella karya Fredrick Backman berjudul And Every Morning The Way Home Gets Longer and Longer. Bercerita tentang seorang kakek yang mengalami demensia dan kehilangan ingatan-ingatan pentingnya. Ia banyak bercerita tentang ketakutannya kehilangan beberapa ingatan berharga kepada sang cucu yang masih kecil.
Novella ini pendek sekali tapi berhasil menyentuh hati saya. Saya juga berpikir, bagaimana rasanya hidup tanpa ingatan yang kita anggap penting ya? tentunya kita akan tetap bisa bertahan hidup, masih ada tubuh yang menopang. Namun hidup seperti apa yang akan kita jalani?
Ini satu hal yang sering saya lupakan, bahwa kemampuan berpikir, memampuan merasakan, kemampuan mengingat, kemampuan untuk berambisi, kemampuan mendefinisikan suatu emosi, semua hal yang diatur di otak kita, adalah hal yang amat-amat berharga dan tak ternilai harganya. Saya tidak yakin bisa berfungsi dengan normal ketika kehilangan ini.
Body
Tubuh saya, secara fisik adalah benda yang menopang saya sejak lahir hingga saat ini. Tanpa tubuh ini, keterpaduan antar organ dan jaringannya, kekuatan tiap otot dan tulangnnya, saya tak akan bisa hidup.
Ada yang bilang, kita baru tahu nikmatnya sehat ketika kita sakit. Saya gak bisa membantah hal itu. Sakit yang paling sering saya rasakan adalah sakit gigi, tiap kali sakit gigi barulah saya sadar betapa nikmat memiliki gigi yang sehat :').
Harusnya ini ada dilist pertama, karena tak memiliki tubuh berarti mati, tapi ya saya sepertinya tipe orang yang lebih mudah mati kalau mind-nya hilang dibanding bodynya yang hilang lebih dulu.
Soul
Kalau mind & body bisa dengan mudah saya jelaskan apa alasan yang membuat itu penting buat saya, soul ini agak sulit ya. Karena saya sendiri sulit mendeskripsikan soul itu apa sih pengertiannya. Ketika membicarakan soul itu apa, kita akan ditawarkan beragam pengertian harfiah, pandangan tiap agama, dan juga puluhan referensi pengertian apa itu soul dari para filusuf.
Saya lebih senang menyederhanakan soul dengan arti ruh, atau jiwa atau nyawa. Meskipun kalian akan menemukan beragam referensi yang menyebutkan keduanya berbeda.
Sejak kecil saya terlalu sering mendengarkan ceramah guru agama [yang saya yakini hingga sekarang], bahwa Tuhan meniupkan ruh kepada Adam yang membuatnya hidup. Tuhan juga meniupkan ruh seluruh manusia kepada janin yang dikandung seorang ibu yang membuatnya hidup, tumbuh dan berkembang. Ketika kita akhirnya mati, ruh kita lah yang dicabut oleh Tuhan dan membuat kita tiada.
Tulisan kali ini agak dalam dan membuat saya berpikir, serta membaca kembali.
Mungkin ini juga cara saya menjaga diri dari ketakutan dan ketidak siapan diri ketika suatu saat Tuhan mengambil orang-orang atau benda-benda yang saya cintai. Ada jenis ketakutan klasik yang saya rasakan: ketika saya menuliskan mereka atau apa yang saya cintai, Tuhan bisa saja mengambilnya. Padahal tanpa dituliskanpun, saya yakin Tuhan tahu siapa mereka dan apa bentuk mereka.
Jadi saya tawar ketakutan itu dengan menuliskan tiga hal yang melekat pada diri saya, yang sesuai judulnya; tanpanya saya tak bisa hidup.
--
Saya sedang ikutan Tantangan 30 hari menulis yang diinisiasi @readingsummary.
Kamu bisa ikutan juga loh dengan bergabung di grup telegramnya disini.
0 comments
leave yout comment here :)