Beberapa pekan lalu, saya ikutan PreOrder buku Ramadan yang Sepi dari penerbit Surau Kecil (imprint penerbit Little Quoqa). Ini buku Little Quoqa pertama yang saya beli untuk diri saya sendiri (hehe), sebelumnya pernah order Willa dan Rempah untuk Hayu Maca. Tepat sehari sebelum Ramadan, buku ini sampai di Rumah. Oiya, saya pesan di Maktabah Syam, toko buku online yang dikelola Kak Dedeh, teman-teman bisa cek link tokopedianya disini ya. Buku ini diterbitkan terbatas hanya 3.000 eksemplar (alasan utama saya langsung ikut PO haha). Terus bagaimana isinya? Yuk kita cek pelan-pelan.
Ramadan dari Perspektif Anak
Buku ini berkisah tentang Sabit, anak SD kelas rendah yang tidak terlalu bersemangat menghadapi Ramadan. Ia yang senang bermain, senang makaaan, jadi tak punya teman bermain dan teman makan karena teman-temannya, tak seperti dia, justru sangat semangat menyambut bulan Puasa.
Ramadan yang sepi mengingatkan saya pada suasana Ramadan ketika saya kecil dulu. Dulu saya tinggal di Kabupaten Cirebon dan tempat saya tinggal, puaaaanaaas sekaliiiiii. Saya gak penah sama sekali menantikan Ramadan dengan semangat karena biasanya ada saja puasa saya yang pecah, gak kuat karena terlalu panas. [Saya sudah pernah tinggal di beberapa kota berbeda, Cimahi, Bengkulu, Jakarta, Banggai, Songkhla dan Cirebon, plus menginap beberapa hari di kota-kota yang kata orang panas, tapi asli deh, Cirebon yang paling panas haha]. Makanya saya bisa relate sama Sabit.
Ini juga jadi poin utama yang membuat saya suka buku ini: Buku ini memberikan perspektif tentang bulan Ramadan dari kacamata anak-anak, bukan kacamata orang dewasa atau orang tua yang ingin memberikan informasi 'enak-enaknya' aja tentang Ramadan.
Character Develompent
Nah, tapi jangan khawatir bapak dan ibu yang belum baca hehe, buku ini juga memberikan perkembangan karakter Sabit dalam memahami Bulan Ramadan, ia yang tadinya merasa sepi di bulan tersebut, di akhir cerita akan berubah perspektifnya menjadi Sabit yang lebih mencintai Ramadan, tapi porsinya pas tidak berlebihan.
Nah, ada satu hal lagi yang saya suka dari buku ini. Orang tua Sabit sama sekali tidak memaksakan Sabit untuk puasa! alih-alih merayu untuk puasa setengah hari atau gimana gitu ya [seperti kebanyakan orang tua kita, atau dalam kasus saya ya orang tua saya], mereka tetap digambarkan tersenyum menanggapi Sabit. Ku sukaaa sekaliiii.
Ilustrasi yang 10/10!
Nah ngomongin buku anak rasanya gak afdhol kalau gak ngomongin ilustrasinya. Ilustrasi di buku ini BAGUUUUUS banget. Saya cukup concern sama ilustrasi buku anak. Karena saya sendiri pernah menggeluti bidang ilustrasi, pernah juga jadi guru TK dan SD, buat saya peran ilustrasi dalam buku anak itu besar banget, kadang lebih penting gambarnya kaya gimana dari pada tulisannya apa :'). Nah di buku ini, Singgih Cahyo berhasil sekali memvisualisasikan kegalauan Sabit, kesediahannya, kesepiannya. Lalu ada juga gambar temaram malam di desa tempat Sabit tinggal, suasana tarawihnya, indah sekali ilustrasi di buku ini menggambarkannya! Saya beli bintang sempurna untuk ilustrasinya.
Kekurangan Buku
Untuk konten/isi buku, saya gak ada masalah sama sekali. Tapi ada kekurangan minor yang mengganggu ketika membuka buku ini: cetakannya agak kurang sempurna. Ada halaman yang lipatannya tidak sempurna sehingga sulit dibuka dan ada lipatan yang sepertinya sudah dilipat berkali-kali :') jadi membekas seperti buku tua, padahal ini buku baru.
Agak termaafkan karena ilustrasi bukunya sebagus itu sih. Tapi semoga juga bisa jadi perbaikan penerbit kedepannya.
Rekomendasi Usia
Buku ini cocok dibaca anak-anak yang baru belajar puasa, usia TK dan SD kelas rendah (5- 8 tahun) adalah yang paling pas, karena sama dengan usia tokoh Sabit di buku ini.
0 comments
leave yout comment here :)