Kebetulan sekali saya membaca buku ini sambil mengikuti drama Business Proposal yang sedang tayang di Netflix! karena ceritanya sama banget nih tentang Fake-Dating haha! Membaca atau menonton cerita tentang fake-dating itu seru kalau kita sedang mencari bacaaan ringan karena kita tahu benar endingnya akan seperti apa kan ya :')
Blurb:
Olive, Ph.D candidate jurusan Biologi di Stanford terlibat fake-dating sama Dr. Adam Carlsen. Dosen, sekaligus senior sekaligus faculty comittee di Fakultasnya. Eh sebelum jauh bahas blurb-nya, karena di Indonesia kesan Ph.D candidate dan seorang Dr itu biasanya sudah lumayan berumur, Olive dan Adam ini masih muda-muda hehe, Olive baru 26 tahun dan Adam umurnya 34 tahun. Keduanya sama-sama di jurusan Biologi tapi Adam bukan pembimbing Olive langsung.
Olive sebenarnya gak kenal sama Adam, gak dekat, sebatas tau kalau dia dosen killer parah di kampus, temannya banyak yang jadi korban keganasan Adam. Tapi satu malam, dia 'harus' terlihat punya hubungan sama laki-laki manapun, biar kelihatan sama Ahn, sahabatnya yang sedang ragu banget mau melanjutkan hubungan sama Jeremy karena Olive pernah naksir Jeremy. Olive mau fake dating gini supaya Ahn gak ngerasa gak enak kalau dia mau lanjut berhubungan sama Jeremy. Malam itu, out of nowhere yang dia temui adalah Adam, kejadianlah apa yang ada di cover bukunya, dia cium Adam, dan dari sana semuanya bermula.
Olive dan Adam melanjutkan fake-dating mereka karena Adam juga ternyata punya goals untuk kelihatan settled di kampusnya supaya dapat grant funding buat researchnya. Uniknya, meskipun Adam ini dingin banget sama mahasiswa-mahasiswanya, dia gak terlihat sedingin itu sama Olive. Bukan unik sih hahaa, ini tentu pola serupa yaa di romcom-romcom haha, tapi tetap seru melihat interaksi Adam dengan Olive.
Seperti Romcom pada umumnya, perkembangan hubungan mereka berubah dari fake-dating ke dating beneran, nah sebelum masuk ke dating beneran ini ada banyak asumsi dan keraguan yang bikin seru karena plotnya jadi mantepp gitu pas mereka beneran sama-sama sadar kalo mereka saling suka.
Things you need to know before reading the book
Ini panduan sebelum kamu memutuskan melanjutkan membaca buku ini atau tidak ya:- Ini buku young adult dan ROMCOM!, jadi ada adegan dewasa yang cukup eksplisit, rating usianya 17+!!!!
- Meskipun terlihat sangat 'scientist' banget dari cover ataupun judulnya, sebetulnya adegan-adegan sainsnya gak banyak kok! heeeehe jadi bacanya gak terlalu susah, bahkan kalau bingung dengan istilah sains yang Bahasa Inggris pulak, bisa diskip aja dan masih bisa dipahami jalan ceritanya.
- I don't know if this is an issue for you, tapi ada pasangan LGBTQ juga disini, since I don't mind reading about them, aku oke oke aja ya hehe.
- Baru terbit dalam Bahasa Inggris, menurutku akan ada kemungkinan terbit dalam Bahasa Indonesia juga karena sebenarnya walaupun 'dewasa', ini mirip buku-buku harlequinn gitu yang sudah banyak di alihbahasakan sama beberapa penerbit dalam negeri, nah tapi gak tau karena ada isu LGBTQnya apakah akan ada yang terjemahkan atau tidak. Tapi ini Bahasa Inggrisnya mudah dipahami hehe, ada sih beberapa jokes yang aku pribadi perlu baca dua atau tiga kali baru ngerti, tapi buat yang baru mulai baca buku Bahasa Inggris, boleeh nih buku ini dicoba!
- Akan mengenalkan Women in STEM, sebuah gerakan [semoga gak salah] yang sebetulnya sudah mulai jalan juga di Indonesia, aku kenal beberapa orang yang giat mengkampanyekan Women in STEM, nah di buku ini banyak diulas juga nih.
- Tidak ada adegan triggering seperti kekerasan seksual, eh tapi ada deng verbally, kalau kamu mudah tertriger dengan ini bisa jadi pertimbangan, tapi buatku yang biasanya mudah tertrigger kalau ada bacaan yang mengangkat isu pelecehan seksual, buku ini aman banget.
Review Asri
Seru sekaliiii membaca buku ini!! Page turner banget karena pada dasarnya aku memang bucin sama cerita-cerita romcom ya kalau sedang lelah dengan kehidupan nyata haha, ga deng, tapi baca romcom tuh memang selalu berhasil menaikkan mood aku.
Nah, untuk buku ini rasanya lebih fresh karena backgroundnya ada di kampus nih hehe, walaupun aku tidak pernah merasakan jadi mahasiswa Ph. D, bahkan master pun belom yha As, tapi seru karena aku jadi bisa tahu pressurenya jadi Ph. D candidate itu bagaimana.
Di Prolognya ada percakapan yang membukakan mata semua orang tentang alasan kita melakukan sesuatu, termasuk ngambil program Ph. D, it's the WHY, kalau cuma buat ngisi waktu luang karena lagi nganggur atau ga tau mau ngapain, bakal beraaaaat banget. I think this will apply to Master Program too ya, tapi aku kenal juga beberapa orang yang ambil program master karena ga tau mau ngapain habis S1, dan sebenernya gapapa juga, they went out well juga sampai graduating, mungkin di tengah jalan mereka menemukan STRONG WHY. Nah cuma kalau Ph. D berat kali yaaa terutama untuk bidang sains nih, yang personally buatku akan jadi lebih berat lagi karena aturan-aturan sains dan kesaklekannya tuh amat sangat bukan aku banget hehe.
The Why itu jadi pembuka yang mantap banget untuk melanjutkan baca buku ini, rasanya ini gak sekedar baca romcom yang buat happy-happy doang, ada nilai lebihnya gitu hehe. Kalau kamu penasaran tentang Why ini, bisa juga ditemenin baca buku nonfiksinya Simon Sinek judulnya Start With Why.
---
Nah terus-terus tentang romancenya sendiri, aku berhasil banget dibikin ikutan jatuh cinta sama sosok Adam. Jujur ini ceritanya amat sangat drakor haha. Ini kalau ada adaptasinya aku lebih prefer Drakor dibanding film hollywood 1,5 jam doang. Eksekusi drama korea kalo urusan chemistry kaya gini juga selalu lebih bagus haha Hollywood movie are overrated T.T [hiduuup drakooor].
Aku suka sekali sama weekly routine Adam dan Olive di fake-datingnya mereka: ngopi berdua di Starbuck tiap Rabu supaya dilihat orang-orang kalau mereka lagi dating. Somehow ngebayangin ngobrol sama orang yang kita sayang di kedai kopi aja tuh sudah cukup untuk bikin saya klepek-klepek. [case: saya peminum kopi dan suka banget nongkrong di kafe, tapi suami saya tidaaaaq haha].
Hal lain yang saya suka adalah plotnya yang sangat mudah ditebak tapi tetap bikin penasaran, karena cara penulisnya bikin narasi juga mantap banget.
Tapi saya punya cons juga nih untuk plotnya yang rada maksa :'), yaitu dibagian waktu Holden (rekannya Adam, dosen-dosennya anak2 Ph.D) dating sama Malcolm (roommatenya Olive), right after a conflict rising between Olive and Adam. Rasanyaaa maksaaa ajaaa ketika semua orang disekitar cowo dan cewe dalam sebuah romcom jadi terhubung, jadi ikutan jadian juga, jadi ngeramein perdramaannya. Haha. Ini bukan karena sentimen LBGTQnya ya, walaupun mereka berdua straight, tetap aja saya prefer mereka gak ujug-ujug jadian ketika ada konflik antara Olive dan Adam terus mereka berdua jadi pengengahnya.
Huff, itu kan maunya saya yaaa haha, mungkin penulisnya ingin ending yang membahagiakan juga untuk teman-temannya Olive, jadi dia buat plotnya begitu hehe.
Tapi tetap seru kok! Ini saya lagi baca ulang dari awal, dari prolognya dari awal fake-datingnya dan semuanya! sekali lagi, kalau kamu suka romcom, suka drakor juga, wajiib bacaaa!!
Eh satu lagi yang saya mau review adalah POVnya nih, agak unik ketika sebuah buku romcom gak pakai PoV tokoh utama perempuan atau biasanya ada juga yang pakai PoV kedua tokohnya, jadi kaya tebak-tebakan perasaan lawannya gitu karena melihat dari sisi salah satu pihak aja kan ya, itu biasanya yang bikin seru. Karena banyak prasangka dan pembaca dibikin geregetan, tapi buku ini pakai PoV orang ketiga, dari luar Olive dan Adam, tapi tau banget isi hati Olive gitu. Jadi gimana yaa haha PoV orang ketiga yang menyebutkan Olive as She, not I, tapi dia tau Olive merasakan pergulatan batin, ragu, senang, sedih, mau nangis. But not with Adam. Mengingatkan saya pada buku Harry Potter yang ditulis dengan PoV yang sama.
Apakah baca buku ini bikin Asri ingin sekolah lagi?
I'm gonna drop it here guys: Aku selalu ingin sekolah lagi, S2, di bidang pendidikan lagi [cuma bukan lagi untuk usia dini, lebih ke orang dewasa, Adult Education], but not now, haha. Sejak tamat S1 saya mencari banyak referensi untuk kuliah lagi, saya bahkan email beberapa dosen di kampus-kampus di Eropa untuk nanya jurusan yang saya mau waktu itu, jurusan yang banyak bahas Sekolah Alam. Karena skripsi saya waktu itu tentang itu. Saya belajar IELTS, belajar TOEFL, tapi gak pernah PD untuk apply karena tau kalau keluarga saya di rumah masih butuh saya :)))). Makanya gengs, bisa S2 itu priviledge beneraaan hahaa. Gak bisa diambil semua orang.
Sekarang sih saya masih punya beberapa tahun jatah sebelum masa apply beasiswa S2 abis ya, biasanya S2 minimal usia 35 masih bisa apply, tapi jujur makin kesini makin gak pengen-pengen banget kuliah keluar negeri, kayanya di dalam negeri asal kampusnya bagus, dosen-dosennya oke, bisa deh tetap belajar banyak. Tapi kan gatau yaaa kedepannya bagaimana, apalagi seakrang mulai banyak kampus yang menawarkan long distance program, bukan gak mungkin kedepannya saya mau pilih sekolah online ajaa buat S2 hehe.
----
Sekian guys, review kali ini, panjang dan sekalian curhat! semoga berkenan!