Halo!
Saya bertanya-tanya kapan bisa kembali menulis blog setelah terakhir menulis sebulan lalu. Sebabnya: Saya sedang dug dig dug menunggu persalinan anak pertama. Hufff, setelah drama HPL yang maju jauuuuh sekali ke 21 April (sebelumnya 8 Mei!) makin dag dig dug lagi lah saya karena baru mengajukan cuti di bulan Mei. Untungnya semua sudah saya komunikasikan ke atasan dan rekan kerja, kalau si kecil tiba-tiba ingin keluar di April, saya langsung cuti hari itu.
Sebetulnya, saya malah bersyukur masih bekerja sampai sebelum melahirkan hihi, karena kayanya kalau gabut dan ga ada kerjaan malah makin kelenger mikirin anak di perut yang gak keluar-keluar di hari HPL, lewat beberapa hari HPL saya datang kontrol USG ke obgyn dan bidan. Obgyn udah wanti-wanti kalau sampai minggu depan gak keluar juga, tindakan akan segera diambil, minimal induksi, sebelum akhirnya nanti operasi jadi opsi satu-satunya untuk paksa si bayi keluar dalam keadaan sehat dan selamat. Makin dag dig dug, tapi terus berusaha memasrahkan segalanya ke Allah sambil coba beragam tips agar si anak kecik mau keluar di tanggal-tanggal aman.
Sempat saya berpikir, ini anak bayi ga mau keluar jangan-jangan karena ingin Ibunya menyelesaikan tanggung jawabnya dulu di tempat kerja. Saya dan Mas Har "sampai coba ngobrol malam-malam sambil elus-elus perut dan bilang, "Dek, gak apa loh keluar di tanggal Ibu belum cuti, nanti diganti kok, ibu masuk lebih awal, gak zolim ke tempat kerja Ibu. Wkkkkk, Apakah Rana akan jadi kaya Ibunya yang rada-rada workaholic, gak tau tah haha.
Tapi ternyata cukup berhasil, dua hari doang sebelum tanggal beneran cuti, lewat seminggu lebih dari HPL tapi belum sampai tenggat obgyn bilang harus induksi, Rana lahir ke dunia. Membawa beragam perasaan di badan dan raga Ibunya, Ayahnya, Neneknya dan semua orang-orang yang mengenalnya pertama kali.
---
Melahirkan seorang anak, rasanya seperti terlahir kembali sebagai manusia baru. Pernah dalam satu sesi wawancara kerja saya ditanya, "Bu Asri pernah punya pengalaman spiritual tak terlupakan gak?", waktu itu saya gak bisa jawab apa-apa, rasanya sholat terkhusuk saya aja belum masuk katergori pengalaman spiritual yang tak terlupakan, atau ibadah-ibadah lainnya. Tapi berada di klinik bidan selama beberapa jam, menyaksikan dan merasakan seonggok daging bergerak jadi manusia baru, menangis dan meminta makanan pertamanya pada saya, saya gak yakin akan dapat pengalaman yang lebih magis dan spiritual lagi dari hal tersebut.
Hari ini, seminggu lewat sejak Rana lahir, saya masih merasakan banyak macam emosi dan rasa di badan dan jiwa saya. Gak semuanya pelangi seperti yang dilihat di Instagram ibu-ibu baru kok haha! Lima malam pertama kayanya saya gak berhenti nangis nahan sakit. Saya melahirkan dengan persalinan pervaginam (normal), proses kontraksinya, seperti kontraksi pada umumnya, menyakitkan dan bikin buka tutup mata sambil terus berdzikir karena takut banget mati di tengah proses ini (sungguh sebuah alasan berdzikir yang amat Asri ya!), proses persalinan saya, sayangnya gak smooth sama sekali haha. Penuh perjuangan, sampai bidan-bidan yang menangani saya nyerah dan panggil bidan senior, setelah lemes setengah mati (literally setengah hidup dan mati), saya di infus dan dipandu ngejan sekali lagi. Alhamdulillah, Rana keluar beneran kali ini, saya, secara ajaib jadi kuat lagi setelah dengar tangis Rana, walaupun sambil nangis-nangis terus-terusan, emang dasar cengeng yaaa.
Baru sekarang semuanya terasa lebih enak dan lebih menyenangkan sampai saya punya mood buat nulis di jurnal dan nulis di blog sekarang. Badan saya lebih terasa enak, perut juga udah lebih menyenangkan dibawa berkegiatan, saya mulai terbiasa dengan kehadiran Rana dan mulai memikirkan dengan serius untuk belajar mengurus semua kebutuhan Rana sendiri biar gak terus menerus repotin Ibu (neneknya Rana).
--
Selamat terlahir kembali, Asri! dan semua Ibu baru lainnya! Bukan hanya karena tanggung jawab baru sebagai Ibu tapi juga perjalanan yang pastinya aduhai naik turunnya!
0 comments
leave yout comment here :)